Mengenal Ideologi Dunia

Diposting oleh Perisai Jateng on Minggu, 20 Juli 2008

Diringkas dan disajikan oleh Irfan Rosyadi
Sekretaris Bidang Orgabisasi dan kaderisasi
PKC PMII Jawa Tengah 2006-2008

LIBERALISME
Sesungguhnya liberalisme tidak memiliki suatu teori yang koheren untuk menerangkannya. Liberalisme adalah kumpulan dan pergulatan berbagai teori. Kalau melihat benang merah sejarahnya maka ideologi ini diilhami semangat gerakan aufklaerung (pencerahan) yang memberi tempat utama bagi akal budi dan kebebasan individu dalam bidang politik-ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, dan tindakan-keyakinan spiritual. Tidak boleh ada satupun otoritas yang berhak membelenggu kebebasan selain keterbatasan manusia dan kuasa alam. Bahkan alam dipandang sebagai obyek yang harus dikuasai demi kepentingan manusia bersenjatakan ilmu pengetahuan. Kalaupun negara merupakan salah satu otoritas dalam penataan masyarakat secara normatif (fungsi negara pada dimensi hukum) dan panataan masyarakat efektif (fungsi negara pada dimensi politik-ekonomi) maka negara wajib menjamin kebebasan warganya. Revolusi Perancis pada abad XVII mendorong lebih kencang lagi tuntutan akan kebebasan apalagi dengan semboyannya liberte, egalite, dan fraternite. Gema revolusi ini akhirnya melanda eropa dan sempat mengancam otoritas-otoritas lama yang dirasakan mengekang kebebasan. Semangat kebebasan yang digenggam Revolusi Perancis sesungguhnya adalah bersumber dari semangat kaum borjuis dalam bidang ekonomi dan semangat kebebasan kaum cendekiawan dalam menelurkan gagasan-gagasannya. Di bidang ekonomi lahirlah kapitalisme. Sepertinya kebebasan di bidang ekonomi ini adalah sistem politik ekonomi yang dibanding ekonomi feodalistik atau ekonomi merkantilis ternyata pekerjaan upahan dalam ekonomi kapitalis menurut Karl Marx (1818-1883) menjadikannya exploitatif terhadap buruh, akumulasi modal pada pemilik dan cara produksi expansif. Kapitalisme sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga tahap
Kapitalisme Awal (1500-1750)
Kapitalisme awal bertumpu pada industri sandang di Inggris selama abad XVI sampai abad XVIII, ketika praktek pemintalan benang mulai menggunakan perlengkapan masinal sederhana. Meskipun menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan, namun industri sandang di wilayah pedesaan Inggris berkembang pesat selama abad XVI dan XVII. Penggunaan surplus sosial secara produktif merupakan prestasi istimewa yang menjadikan kapitalisme mampu mengungguli sistem ekonomi sebelumnya. Surplus tersebut tidak tidak digunakan untuk membangun piramida-piramida atau katedral lambang kemegahan feodal, melainkan dipergunakan dalam pelbagai usaha perkapalan, pergudangan, bahan-bahan mentah, barang-barang jadi dan pelbagai bentuk kekayaan lainnya. Dengan demikian , surplus sosial telah berubah menjadi perluasan kapasitas produksi. Hal ini ditopang oleh dukungan agama untuk kerja keras dan hemat, pengaruh logam mulia dari dunia baru dan peranan negara yang membantu dan secara langsung melakukan pembentukan modal.
Kapitalisme Klasik (1750-1914)
Revolusi industri atas industri merupakan transisi dari dominasi modal perniagaan ke dominasi modal industri atas modal perdagangan. Penerapan praktis ilmu pengetahuan teknis didorong kapitalisme karena akumulasi modal memungkinkan penggunaan pelbagai penemuan baru yang tidak mungkin diwujudkan dalam masyarakat miskin. Fase kapitalisme ini memakai ideologi laissez-faire et laissez-passer (berarti biarkan hal-hal berlangsung tanpa campur tangan, biarkan orang berbuat sekehendak hatinya) yang diturunkan dari ajaran Adam Smith. Sukses ekonomis melahirkan pelbagai kebijakan yang menguntungkan proses kapitalisme itu sendiri. Pada fase ini lahir kapitalisme liberal secara definitif.
Kapitalisme Lanjut (1914 - …)
Perang Dunia I dan diikuti depresi ekonomi dunia pada awal abad XX menggoncangkan ekonomi kapitalis tradisional. Tantangan selanjutnya datang dari Revolusi Bolshevik di Rusia dan perlawanan bangsa-bangsa terjajah terhadap kolonialisme-imperialisme. Kapitalisme bisa bertahan tetapi berubah wajah menjadi kapitalisme monopolis. Ekonom Jhon Maynard Keynes menelurkan gagasan-gagasan yang bertentangan dengan laissez-faire et laissez-passer dan ikut merubah wajah kapitalisme klasik. Negara ikut berperan dalam rangka menghidupkan gairah berusaha dan melindungi usaha dalam negeri masing-masing. Penghisapan menjadi berjenjang, negara-negara pusat (negara maju) menghisap negara peripheral dan negara peripheral menghisap negara very peripheral. Di negara-negara maju muncul negara-negara kesejahteraan.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan dan ketatanegaraan yang diusung liberalisme. Namun demokrasi juga banyak diklaim negara-negar non liberal macam Negara-Negara komunis dengan sentralisme demokrasi (demokrasi terpimpin) hanya saja dalam ciri yang paling umum dari demokrasi liberal adalah kebebasan individu yang sangat utama. Trias politika benar-benar dijalankan dengan konsekuen dengan adanya pemisahan yang tegas antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif
B. SOSIALISME
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius (teman). Jadi sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip pengendalian modal, produksi dan kekayaan oleh kelompok. Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831 dalam sebuah artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet. Pada masa ini istilah sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-pengikut Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis. Saint-Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka, sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai komunisme. Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap sosialisme.
Mateialisme Dialektik. Filsafat Hegel yang begitu ideal bahkan mencapai pengetahuan yang absolut sedemikian sehingga saat itu filsafat identitas Hegel seakan menjadi puncak dan akhir filsafat, tetapi kenapa tidak pernah bisa dipraktekkan di Negara Prussia yang reaksioner. Marx memandang bahwa filsafat Hegel tidak bersifat praxis karena karena hanya selesai dan bersifat total di alam fikiran dan tidak menyentuh realitas. Pengetahuan absolut Hegel pun menjadi sebab, bahwa ketika semua realitas sudah difahami, dimengerti dan dimaafkan karena aku berada bersama realitas, tentu saja ketidakadilan dan penindasanpun akan dibiarkan. Kegeraman Marx mendapat tempat ketika mendapati tulisan Ludwig Feurbach “The Essence of Christianity” yang mengemukakan tentang materialisme berlawanan dengan Hegel yang idealis. Feurbach beranggapan bahwa manusialah yang nyata dan bukan ruh dunia-nya Hegel. Dari materialisme Feurbach dan metode dialektika Hegel, Marx mendasari alam filsafatnya, materialisme dialektika. Sebagaimana diterangkan D. N Aidit (1963), Engels mensistematikan filsafat Marx menjadi Materialisme Dialektik. Ada beberapa hal yang terkandung dalam Materialisme Dialektik ini. Pertama, sebagai materialisme, materialisme dialektik menyatakan 3 hal yaitu : (1) Pengetahuan kita tidak menciptakan dunia luar yang kita lihat melainkan hanya mencerminkan melalui panca indera kita, (2) Tidak ada Tuhan dan materi itu abadi-jadi meterialisme yang bersifat Atheis, (3) Dalam manusia badan merupakan primer dan roh sekunder.Kedua sebagai dialektika, materialisme dialektik juga menyatakan 3 hal pokok, yaitu : (1) Hukum persatuan dan perjuangan unsur-unsur yang saling bertentangan., (2) Hukum loncatan dialektik atau perubahan dari kuantitatif ke kualitatif, (3) Hukum negasi dari negasi (apa yang dinegasi atau ditolak tidak begitu saja ditiadakan).
Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme. Harus diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat begitu banyak varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Sebagai contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi Komunisme dan berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme. Disisi lain Marxisme berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970-an. Sama halnya dengan anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon dan anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin. Anarkisme juga memberi angin bagi tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri seperti halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis. Beberapa yang menganut sosialisme juga seperti halnya partai-partai buruh seperti di Inggris dan Itali. Partai-partai Komunis banyak yang membubarkan diri atau bertahan dengan berganti nama dan mencoba untuk tetap hidup dengan ikut pemilu di negara-negara Eropa Timur setelah runtuhnya Uni Sovyet. Beberapa diantaranya bahkan bisa berkuasa kembali seperti di Polandia dan Ceko dengan jalan yang demokratis.
Kegagalan Marxisme
Banyak diantara para pemikir sosialis maupun praktisi gerakan gerakan sosialisme masih mengandalkan Marxisme sebagai dasar pemikiran maupun gerakannya. Ada yang menggunakan Marxisme secara kritis akan tetapi ada juga yang secara dogmatis memujanya habis habisan hingga saat ini. Kecenderungan-kecenderungan demikian terjadi tidak hanya di negara-negara Eropa akan tetapi juga di negara-negara dunia ketiga sepertihalnya Indonesia. Di Eropa, Marxisme digunakan sebagai alat analisa pemikiran, artinya peran Marxisme lebih berlaku pada perdebatan-perdebatan intelektual filsafat dalam melahirkan berbagai varian-varian baru. Sementara di negara-negara dunia ketiga dimana tingkat kegiatan praksis sosialisme lebih berjalan, Marxisme masih menjadi ideologi dasar dan terutama bagi mereka yang baru saja lepas dari kungkungan rezim otoriter militeristik dimana Marxisme masih memukau seperti ‘menemukan air ditengah dahaga ideologi’ dengan teori-teori pembebasannya.
Harus diakui bahwa hampir satu abad Marxisme memberi kontribusi baik maupun buruk yang tak terhingga kepada dunia. Marxisme memberi peringatan kepada kita tentang bahaya kapitalisme industri dan menyadarkan kita tentang pentingnya kebersamaan manusia secara kolektif. Meski demikian, Marxisme gagal untuk membuktikan teori-teorinya dan gagal pula didalam tingkatan yang lebih kongkret. Bubarnya Uni Sovyet, yang dikatakan masih berada dalam fase sosialis menuju masyarakat komunis adalah kegagalan Marxisme pada tingkatan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa Marxisme gagal baik secara teori maupun prakteknya.
Kegagalan teoritis Marxisme yang pertama adalah tentang teori nilai lebih. Marx menafisrkan kapitalisme dengan teori lebih kerja sebagai suatu sistem eksploitasi kelas buruh oleh kaum kapitalis. Kaum kapitalis menyimpan bagi dirinya sendiri nilai lebih itu yang dihasilkan oleh kaum pekerja. Akumulasi dan konsentrasi kekayaan dalam tangan kelompok kapitalis yang jumlahnya semakin kecil, bersama dengan hukum kemunduran tingkat keuntungan, menuju kepada kehancuran diri sistem eksploitasi tersebut. Pada akhirnya menurut Marx, akan terjadi pengambil alihan oleh kelas buruh. Artinya kelas buruh (proletariat) memegang kendali sarana produksi dan untuk membangun kediktaturan proletariat sebagai tahap awal transisi menuju masyarakat tanpa kelas. Hal ini gagal karena kapitalisme tidaklah menyusut hingga masa sekarang. Kapitalisme sendiri bisa menyesuaikan perkembangan dengan memberi tuntutan tuntutan buruhnya di bawah standar. Hal ini terlihat seperti di Indonesia, kaum pekerja terjebak dan larut dalam tuntutan-tuntutan upah minimum yang memang di rekayasa olah para kapitalis. Kaum buruh pun tidak pernah terjadi untuk mengambil alih kepemilikan kaum kapitalis secara ekonomis mengingat factor-faktor sekunder seperti politik memang tidak pernah diperhitungkan secara jelas dalam Marxisme.
Kegagalan Marxisme yang kedua adalah klaim tentang sosialisme ilmiah itu sendiri. Marx memang menolak sosialisme bentuk lama yang dikatakan utopis dan mencoba memberi kerangka rasional dalam gagasannya. Akan tetapi Marxisme juga tenggelam dalam mimpi utopiannya sendiri tentang masyarakat tanpa kelas. Mengapa? Sebab penentuan cita-cita akhir, bagaimanapun hakekatnya bertentangan langsung dengan prinsip dialektis yang didengungkan oleh Marx sendiri.
Kegagalan Marxisme yang ketiga adalah pemahaman yang dilanjutkan oleh Lenin dan Stalin telah berubah menjadi suatu kolektivisme sempit. Produksi barang material tidak lagi diarahkan kepada peningkatan keberadaan personal, melainkan kepada pertumbuhan kekuasaan kolektif tersebut. Bukti paling kongkret dari kegagalan kegagalan diatas adalah bubarnya negara Uni Sovyet yang selama 70 tahun lebih memakan korban jutaan warganya. Prinsip sosialisme sebagai kebersamaan sangatlah penting, meski demikian kita juga tidak bisa mengingkari hak-hak azasi yang paling pribadi sebagai manusia dalam kerangka nilai etis. Fase kediktaturan proletarian yang sama otoriternya dengan fasisme jelas tidak bisa diterima bahkan oleh warganya sekalipun.
C. ANARKISME
Anarkisme sendiri sering disalahartikan sebagai kekacauan (chaos) yang berdampak penghancuran kepada masyarakat. Hal ini dimaklumi bahwa orang jarang mengenal gagasan-gagasan anarkisme yang dibawa oleh Pierre Joseph Proudhon, Mikhail Bakunin, Piotr Kropotkin dan lainnya. Ini disebabkan anarkisme memang bukan ideologi terstruktur seperti halnya sosialisme atau komunisme. Pada awal abad ke-19 anarkisme tumbuh dan menjadi lawan bagi Marxisme, karena klaim anarkisme yang libertarian berhadapan dengan Marxisme yang otoriterian. Baik anarkisme maupun Marxisme pada masa itu sepakat bahwa sebuah revolusi dibutuhkan untuk menumbangkan pemerintah borjuis. Akan tetapi para pengikut Marx menginginkan Negara digunakan sebagai sarana kediktatoran proletariat dan baru akan dibubarkan bila fase komunisme yakni masyarakat tanpa kelas sudah terwujud. Kaum anarkis justru menginginkan Negara harus dibubarkan sedari awal. Mereka berkeyakinan bahwa pengambil alihan kekuasaan dengan membiarkan Negara berdiri hanya akan melestarikan dan membuat kekuasaan yang jauh lebih sulit untuk ditumbangkan. Kaum anarkis mengkiaskan negara sebagai polisi (instrumen pemaksa).
Inti pandangan anarkisme adalah keunggulan individu dan kebaikan otonomi moral, dan dalam pandangan ini kaum anarkis menyimpulkan bahwa hanya individu yang bear-benar bebas yang akan melahirkan moralitas yang bernilai dan layak dihormati. Menurut Kropotkin (1842-1921), pekerjaan adalah kebiasaan, berpangku tangan adalah pertumbuhan semu, pendek kata, manusia tak perlu dipaksa untuk menjalankan kesepakatan yang diawali secara bebas. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalankan pekerjaan apapun yang sesuai dengan bakat dan kecenderungan alami mereka. Manfaat dinilai berdasarkan keinginan untuk berguna secara sosial. Lakukan sesuatu kepada orang lain seperti apa yang Anda ingin orang lain melakukannya untuk Anda. Walau berpendapat “kepemilikan adalah pencurian”, Proudhon mendukung kepemilikan pribadi. Lebih lanjut William Godwin (1756-1836) menyimpulkan bahwa kepemilikan harus didstribusikan sesuai dengan klaim kebutuhan (pemerataan kekayaan).
Menurut kaum anarkis, demokrasi adalah hal yang terbaik diantara semua yang terburuk. Demokrasi, kalau pun mau digunakan, haruslah dalam bentuk langsung dan partisipatoris. Artinya, demokrasi yang benar-benar melibatkan seluruh peran warga masyarakat dalam menjalan fungsinya. Anarkisme memberikan kritik terhadap demokrasi --khususnya seperti yang diungkapkan oleh George Woodcock (1912-…) dan Noam Chomsky pada dekade akhir abad ke-20--. Pertama, pemilu sebagai sarana demokrasi dianggap melenyapkan hak-hak individu. Sebagai contoh, orang akan memilih wakil wakilnya yang tidak dikenal dan belum tentu menjalankan aspirasi si pemilih. Hal ini akan terus berulang dalam setiap pemilu berikutnya dan menjadi suatu kebiasaan yang buruk bagi kesadaran setiap orang. Oleh karena itu kaum anarkis menolak bentuk perwakilan (representation) dan menyukai bentuk pendelegasian bagi setiap keputusan atau kepentingan karena dirasa lebih menyeluruh. Kritik kedua, demokrasi mengandung ancaman berupa kediktaturan mayoritas. Bagi kaum anarkis tidak ada jaminan bagi para pemeluk demokrasi terhadap golongan minoritas atau kelompok kecil. Hal ini seringkali terjadi berupa pengabaian hak-hak minoritas suara baik dalam bentuk populasi suku, agama, ras, maupun kebudayaan. Kritik ketiga, demokrasi mengandung bahaya kongkret yakni diterimanya kembali kelompok-kelompok otoriterian seperti partai komunis untuk mendapat peluang menang secara demokratis dalam pemilu. Hal ini terbukti dalam pemilu di Polandia dan Ceko dimana partai komunis kembali memerintah dengan suara mayoritas. Jika demikian, ancaman yang akan terjadi adalah penumbangan demokrasi itu sendiri oleh kelompok-kelompok otoriterian.
Anarkisme terpecah menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon (1809-1865) dan Piort Kropotkin (1842-1921), anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin (1814-1876), anarko-kapitalisme yang diusung oleh kaum anarkis Amerika yaitu Benyamin Tucker (1854-1939) dan Lysander Spooner (1808-1887). Anarkisme juga memberi angin bagi tumbuhnya gerakan gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939. Sebagai sebuah gerakan massa/revolusi anarkisme telah mati. Namun, sebagai kelompok atau jaringan masih hidup sampai sekarang. Di Inggris, misalnya, Class War (organisasi kaum anarkis yang lebih dipengaruhi oleh subkultur punk dengan kampanyenya yang terkenal “Hantam Si Kaya” (Bash the Rich). Juga muncul kaun anarkis “jaringan” seperti Earth First (komunitas aksi langsung pecinta lingkungan). Kelompok musik pp Chumbawamba menyatakan diri sebagai anarkis, pernah menjadi berita utama di media karena melempar seember air kepada Deputi Perdana Menteri Inggris, John Prescott, pada tahun 1998. Semangat anarkis paling tidak masih bertahan.

More aboutMengenal Ideologi Dunia

Pendidikan Vs Reality Show

Diposting oleh diam

Oleh : Nur Rokhim

Kader PMII Solo

Arus globalisasi telah menyentuh berbagai sendi kehidupan manusia di dunia. Cepatnya arus globalisasi menurut William K.Tabb (2003) mampu membentuk rezim perdagangan dan keuangan dunia serta mendefinisikan ulang kesadaran pada tingkat yang paling dekat dan lokal, mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, ruang gerak anak-anak mereka dan entitas mereka sehingga mengalami perubahan akibat kekuatan globalisasi ini. Krisis multidimensional di Indonesia telah menggiring kehidupan masyarakat Indonesia dalam ranah-ranah pragmatis dan ironisnya, untuk memperoleh itu semua masyarakat kita terjebak dalam tatanan global yang dinamakan jalan pintas atau untuk memperolehnya dengan instan tanpa ada sebuah perjuangan.

Dampak globalisasi media ini membuka arus informasi semakin bebas dan cepat sehingga membuat benturan-benturan budaya di Indonesia dan luar negeri, yang notabene tak dikenal di Indonesia. Jadi kekhawatiran bangsa terasakan benar adanya ancaman, penaklukan, serbuan dan pelunturan nilai-nilai luhur dalam paham kebangsaan.

Imbasnya adalah makin maraknya reality show yang ditayangkan di hampir semua stasiun televisi swasta dimana pada acara tersebut menjanjikan kehidupan enak berlimpah materi dengan setting panggung yang menghebohkan dengan tujuan akan lahirnya seseorang artis yang bertalenta yang minimal laku di pasaran.

Ironinya, acara tersebut ditayangkan pada waktu jam dimana anak- anak sekolah diharuskan belajar yaitu pada pukul 19.00-21.00. Dan penayangannya pun hampir setiap hari. Bayangkan, 7 hari dalam seminggu anak-anak kita dihadapkan pada sebuah reality show yang hanya menjanjikan kesenangan sesaat dan menciptakan mimpi-mimpi semu. Sementara dunia pendidikan tak tersentuh sama sekali. Penulis mencatat setidaknya ada bebarapa reality show yang mengisi layar kaca televisi.

Judul Acara

Stasiun TV

Kondang-In

Indosiar

Akademi Fantasi Indosiar

Indosiar

Akademi Fantasi Indosiar Junior

Indosiar

StarDut

Indosiar

Mamamia Show

Indosiar

Supermama Seleb Concert

Indosiar

Superstar Show

Indosiar

Popstars

Trans TV

Bintang Cari Bintang

Trans TV

Indonesian Idol

RCTI

Bintang Cilik

RCTI

Idola Cilik

RCTI

Dan mungkin akan bertambah lagi, semisal reality show yang bergenre social, asmara, kuis dsb. Bayangkan, setiap hari kita disuguhi acara –acara yang selain tidak memiliki efek menghibur sama sekali, malah cenderung membuat kita semakin terbuai dengan mimpi yang melambung.

Lantas apa yang harus dilakukan oleh Negara Indonesia yang saat ini masih dicap sebagai negara berkembang dalam mengatasi tranformasi media yang pada akhirnya akan merubah perilaku dan budaya manusia?

MEMAKSIMALKAN PERAN PENDIDIKAN

Dari tahun ketahun dunia pendikan Indonesia menunjukkan peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi, dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar 300%. Data tersebut belum untuk tingkat SMP dan SMA, dipastikan untuk tahun 2008 lebih dari itu. Sungguh hal yang patut disyukuri. Akan tetapi, peningkatan secara kuantitatif tidak diimbangi dengan peningkatan pendidikan secara kualitatif, sehingga muncul banyak ketimpangan-ketimpangan pendidikan di dalam masyarakat kita. Yang paling menonjol adalah: a) kualitas out put pendidikan dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Sering kita jumpai di dunia kerja seseorang bekerja akan tetapi lepas dari background pendidikannya, b) ketimpangan kualitas pendidikan di desa dan di kota, di luar Jawa dan Jawa, antara si miskin dan si kaya. Disamping itu juga muncul permasalahan-permasalahan terkait dunia pendidikan kita . Pertama, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial. Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut the dead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-book sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya.

John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai : a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan

Di Indonesia, pendidikan acap kali dijauhkan dari permasalahan-permasalahan realitas yang ada didalam kehidupan, murid-murid lebih dikenalkan pada penghapalan teoritis, bukan diajarkan bagaimana cara mempraktekkan pemecahan suatu problem, kegagalan pendidikan ketika murid-murid hanya dijadikan objek pendidikan yang tidak memiliki daya tawar menawar. Penekanan pada proses menghapal ketimbang melatih berpikir juga membentuk murid-murid lebih pada kesenangan bersikap dogmatis ketimbang kritis, manusia yang terbiasa menghapal adalah manusia mekanis dan itu sesungguhnya menjauhkan manusia pada proses eksistensialisnya, dimana proses penemuan eksistensi lebih mudah pada proses kegelisahan intelektual ketimbang kebekuan intelektual.

Perjelas Paradigma Pendidikan Indonesia untuk membentuk karakter bangsa

Pembaharuan dibidang pendidikan harus segera dilakukan, bila selama ini pendidikan hanya memfokuskan seorang guru sebagai pusat pendidikan (pedagogic) harus diganti dimana peserta didik sebagai pusat pendidikan dan pendidikan persekolahan nasioanal juga harus didasarkan pada paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan nasional yang tepat, sesuai dengan realitas masyarakat dan kultur bangsa sendiri.

Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo mengatakan dalam lokakarya pendidikan di UPI (19/4/2005), paradigma sumber daya manusia tidak lagi relevan dipergunakan dalam bidang pendidikan. Menu-rutnya, yang sekarang menjadi acuan bagi dunia pendidikan adalah paradigma manusia seutuhnya. Terkait dengan perubahan peserta didik dijadikan sebagai subjek ada perubahan paradigma pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran sehingga akhirnya output pendidikan akan tercipta ruang krativitas, enterpreunership yang pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa yang mandiri. Pun sama yang diucapkan presiden Indonesia Susilo Bambamg Yudoyono bahwa pendidikan harus membentuk karakter bangsa, hal yang sama dan pernah dilakukan oleh Presiden RI Ir. Sukarno adalah pembangunan “character dan nation building”, namun pertanyaan selanjutnya adalah kenapa harus pendidikan? Diakui atau tidak pendidikan merupakan motor penggerak utama dalam perubahan peradaban manusia. Pendidikan merupakan proses berpikir secara sadar dan terencana mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta melatih cara-cara berpikir dengan metode yang disepakati dalam ranah ilmiah. Pada hakekatnya pendidikan bukan menciptakan manusia menjadi tahu dan terampil akan tetapi mampu untuk berpikir secara sistematis, bisa memilh mana yang baik dan buruk. Pada dasarnnya menciptakan manusia yang bermoral, secara idealisnya menciptakan manusia baru yang dapat memecahkan permasalahannya dengan berpikir, berbicara dan bertindak.

System pendidikan formal persekolahan juga harus lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) dari pada mengajar (teaching), 2) Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel; 3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri, dan, 4) Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan harus mempunyai system dua arah yang saling melengkapi. Artinya, pendidikan sebagai suatu proses tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan dinamika masyarakatnya. Dunia pendidikan senantiasa mengkaitkan proses pendidikan dengan masyarakatnya pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Keterkaitan ini memiliki arti bahwa prestasi peserta didik tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di lingkungan sekolah, melainkan prestasi perserta didik juga ditentukan oleh apa yang mereka kerjakan di dunia kerja dan di masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, pendidikan yang bersifat dua arah menekankan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan umum dan spesifik harus melalui kombinasi yang strukturnya terpadu antara tempat kerja, pelatihan dan pendidikan formal sistem persekolahan.

Dengan kata lain pendidikan jangan hanya dipandang sebagai dunia tersendiri melainkan bagian dari keseluruhan yang ada di masyarakat, oleh karena itu proses pendidikan harus mempunyai keterakitan dan keseimbangan yang mendasar sebagai satu kesatuan dengan dunia kerja sehingga tercipta “right mens in the right jobs” benar adanya. Memandang pendidikan sebgai satu kesatuan merupakan langkah awal untuk menyelesaikan problematika yang ada di masyarakat.

Reality show merupakan problematika masyarakat, imbas dari globalisasi yang hanya berinterest terhadap perdagangan dan kapitalisme. Mengutip perkataan negarawan afrika selatan Nelson Mandela “ pendidikan merupakan senjata menaklukan dunia” . untuk itu peran masyarakat dan pemerintah sangat menentukan pembentukan karakter bangsa indonesia, apakah pendidikn ini akan dibawa untuk mengikuti arus globalisasi atau menentangnya?

More aboutPendidikan Vs Reality Show

PMII DAN TANTANGAN GLOBAL

Diposting oleh admin on Jumat, 18 Juli 2008

Oleh: Nur Rokhim

Kader PMII SOLO

Mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan penimba ilmu pengetahuan (pelajar, student), dengan berbagai bekal pengalaman empiris dan kemampuannya mendayagunakan kognitifme berpikir-baca rasionalitas- maka mahasiswa dipandang mempunyai kelebihan dan kedewasaan dalam bersikap maupun bertindak disetiap persoalan. Hal inilah yang menurut penulis sebagai modal mahasiswa menunjukkan identitas dan eksistensinya dengan berbagai model gerak dan kiprah dimasyarakat maupun bangsa dan Negara. Padahal tidak ada aturan yang yang membedakan antara mahasiswa dan pelajar dalam gerak maupun kiprahnya dalam masyarakat secara aktif semisal advokasi, demo dan sebagainya.

Perwujudan eksistensi inilah yang menimbulkan berbagai macam bentuk peran yang dilakukan oleh mahasiswa yang tentu saja peran itu sesuai dengan kapasitas pikiran mereka. Tak dapat kita pungkiri berbagai macam organisasi yang ada ditingkat mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus merupakan salah satu dampak dari polarisasi pikiran mereka. Almarhum Bapak Mohammad Natsir (mantan Perdana Menteri Indonesia) pernah mengatakan,” Tidak ada percetakan yang bisa mencetak pemimpin”. Menurut Natsir lagi, pemimpin tidak lahir di bilik kuliah tetapi tumbuh sendiri dalam hempas pulas di kancah gelandangan ummah, muncul di tengah-tengah pergumulan masalah, menonjol dari kalangan rekan-rekan seangkatannya, lalu diterima dan didukung oleh umat. Justeru itu,kertas kerja ini akan memperlihatkan bagaimana kepimpinan mahasiswa di kampus harus diperkasakan dalam melahirkan golongan intelektual yang akan menjadi harapan ummah pada masa akan datang. Tambahan pula, kebanyakan mahasiswa tidak mampu mendepani ledakan arus globalisasi yang kian menghimpit struktur masyarakat kini. Harus diingat, gerakan mahasiswa merupakan suatu kuasa yang harus diambil perhatian kerana ia mempunyai sejarah yang tersendiri. Maka tidak hairanlah pemimpin dari peringkat Negara sehinggalah di peringkat masyarakat lahir daripada mantan pimpinan kampus di era 70an dulu.

Sejarah banyak mencatat tokoh-tokoh besar lahir dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pergulatan politik yang ada. Pergerakan Mahasisawa Islam Indonesia lahir pada tanggal 17 april 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia pada waktu itu.

Keberadaan PMII dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan PMII menjadi salah satu kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Pada sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa mengalami polarisasi dalam entitas dan kelompok-kelompok tertentu yang berbeda, bahkan acapkali bertentangan satu sama lain. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang melingkupinya, seperti perbedaan ideologi, strategi dan lainnya.

PMII sebagai salah satu orgainisasi mahasiswa yang masih eksis dalam kancah pergerakan mahasiswa di Indonesia diharapkan mampu untuk membawa perubahan-peruabahan bagi kamajuan Indonesia akan tetapi banyak hal-hal kedepan yang menjadi tantangan PMII untuk memujudkan cita-citanya membawa Indonesia kearah lebih baik.

Globalisasi :

Eksistensi dan posisi gerakan mahasiswa dihadapkan pada sebuah realitas dunia global yang tidak bisa dihindarkan. Arus globalisasi telah menyentuh berbagai sendi kehidupan manusia di dunia. Cepatnya arus globalisasi menurut William K.Tabb (2003) mampu membentuk rezim perdagangan dan keuangan dunia serta mendefinisikan ulang kesadaran pada tingkat yang paling dekat dan lokal, mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, ruang gerak anak-anak mereka dan entitas mereka sehingga mengalami perubahan akibat kekuatan globalisasi ini. Persoalannya adalah bagaimana sikap kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terhadap realitas global ini. Apakah gerakan mahasiswa menolaknya secara radikal atau hanya cukup memahaminya atau mempersiapkan diri untuk ikut berkompetisi dan memposisikan diri sejajar dengan mereka secara wajar ?.

Gesekan dunia global menjadi tren dalam kondisi saat ini, karenanya seluruh kader PMII perlu memahami secara benar tentang realitas-realitas dunia yang sedang mengalami pergolakan dalam berbagai unsur kehidupan. Melihat trend (Trend Watching) yang terjadi dalam pergeseran dunia global adalah kerangka dalam memahami apa yang sedang terjadi hari ini, dan apa yang akan kita lakukan di masa-masa yang akan datang. Tren yang terjadi hari ini adalah dominasi kekuatan global yang tidak bisa dihindarkan dalam ranah kesadaran ummat manusia. Dalam kondisi seperti ini, langkah yang harus dilakukan adalah pembangunan kemampuan dan kapabilitas (kompetensi) personal maupun kolektif.

Globalisasi memang tidak bisa dipungkiri lagi dan ditahan perkembangannya namun sebagai sebuah etkana mahasiswa pmii harus bisa untuk mengcounter agar tidak terbawa arus atau kita akan ditinggalkan olah jaman, untuk itu ada beberapa langkah agar kita sebagai sebuah pergerakan tidak mati

Dari Membaca ke analisis :

Seperti tersebut diatas bahwa mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan ilmu pengetahuan maka PMII sebagai salah satu gerakan yang unsurnya tidak lepas dari dunia kemahasiswaan yang setiap hari berkutat dengan keilmuan, ironis jika gerakan mahasiswa terjadi banyak kejumudan. Karenanya tradisi-tradisi yang ada diantaranya tradisi membaca harus di imbangi dengan tradisi menganalisa berbagai aspek persoalan dengan berpikir logis dan mendalam. Tipe masyarakat inilah yang menjadi miniatur lahirnya peradaban manusia maju dan menyejarah. Maju karena masyarakat ini menempatkan ilmu sebagai sinar dalam kehidupan. Menyejarah, karena mereka membuat sebuah kejutan bagi lahirnya paradigma baru bagi terciptanya masyarakat yang ilmiah (knowledge society).

Realitas ini sesuai dengan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad saw, yaitu konsep membaca (iqra). Dengan turunnya wahyu yang pertama ini, maka ada sebuah perubahan berdimensi wahyu yang mampu memberikan jawaban atas kondisi kemanusiaan. Konsep pembacaan atas realitas baik yang bersangkutan dengan teologi, etika, visi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan berawal dari proses pemahaman yang radikal akan hakikat dan subtansi nilai yang terkandung dalam surat tersebut.

Dimensi pembangunan gerakan mahasiswa agar ilmiah di awali dengan konsep membaca (iqra), sesuatu yang berhubungan bukan hanya dengan membaca teks dan naskah tetapi lebih dari itu, makna iqra bisa berarti menelaah, meriset, merenungkan, bereksperimen, berkontemplasi. Objeknya bisa berupa kalam illahi maupun hadist rosullah dan hasil kaya manusia baik berupa handbook ilmu pengetahuan dan budaya maupun fenomene-fenomena sosial politik.

Pemahaman Kontekstual

Ilmu pengetahuan yang didapat dari dunia kampus merupakan pemahaman-pemahaman materi yang bersifat tekstual karena itu diperlukannya sebuah penelaahaan dan penyeimbangan terhadap pemahaman realitas sosial yang terjadi dimasyarakat. PMII seyogyanya tidak hanya berkubang dalam masalah pemahaman terhadap teks-teks saja akan tetapi harus jeli melihat perubahan dunia dari pemahaman teks –teks tersebut oleh karena itu pemahaman teks yang tersebar dalam berbagai literature harus bisa menjadi penyeimbang terhadap kondisi perubahan jaman. Disamping itu juga paradigm kader PMII harus bertumpu pada keseimbangan ideologis ilmu pengetahuan dengan ketajaman pisau analisis terhadap realitas persoalan-persoalan yang terjadi. PMII harus mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, kritis, sistematis, dan komprehensif, serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu dan madzhab yang bersifat konstruktif. Hal ini harus menjadi kultur yang melekat disetiap kader-kader PMII. Dalam konteks kekinian kader PMII harus bisa bergaul dalam dimensi yang lebih luas agar kedepan kader PMII bisa menjawab dan memberikan solusi terhadap persoalan yang ada jika itu tidak bisa maka tidak dipungkiri PMII akan ditinggalkan oleh jaman yang sedang berubah untuk itu setiap kader harus mempunyai kompetensi-kompetansi yaitu 1) kemampuan berbahasa asing (2) kemampuan berorganisasi dan manajemen yang canggih (3) kemampuan membangun jaringan (net work).

Langkah-langkah rasional selanjutnya dalam menghadapi tatanan dunia global bagi kader PMII dalam dunia kampus adalah membangun kesadaran bersamadengan meningkatkan kompetensi dan skil dalam memposisikan diri supaya sejajar dengan bangsa-bangsa Barat dalam bidang ilmu Pegetahuan. Karenanya budaya dan tradisi yang selama ini dilakukan di kampus untuk digeser kearah perubahan paradigma yang lebih rasional. Perubahan paradigma tersebut meliputi perubahan sikap dalam memahami budaya dan tradisi yang ada.

Tidaklah kaku jika mahasiswa membangun dialog peradaban (civilization) di kampus, minimal ada dua paradigma visi dialog pembangunan masyarakat berperadaban. Pertama, perubahan eksistensi dan identitas diri, yang mampu melahirkan paradigma kehidupan sosial baru dan merdeka, bebas dari penghambaan terhadap unsur-unsur materi, melahirkan kehidupan segar, integral dan profetik. Era kehidupan yang syarat dengan nilai kemanusiaan dan bervisi masa depan. Tonggak fundamental pertama ini merupakan visi kehidupan ummat manusia kearah pembebasan diri, dari kungkungan materi yang menjadi ideologinya.Visi kehidupan ini mengarahkan manusia pada ideologi yang sesungguhnya dan menjadi benteng kekuatan para pewaris peradaban. Ini merupakan asas fundamental bagi terwujudnya masyarakat berperadaban. Proses ideologisasi kedalam tubuh masyarakat secara radikal harus dilakukan. Proses ini perlahan tapi pasti, proses inilah yang disebut dengan fase penanaman akidah. Kedua, yaitu pola pembangunan struktur pengetahuan ummat manusia yang secara bersamaan dilakukan dalam kerangka membangun kesadaran untuk membaca atas realitas yang sedang terjadi

Semoga tantangan global dalam perubahan jaman tidak membuat nalar kritis kita sebagai organ pergerakan terkebiri dan terjebak dalam hal-hal yang membuat idelisme kita tergadaikan dalam tataran pragmatisme.

TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KEMUKA
More aboutPMII DAN TANTANGAN GLOBAL

Siklus Gerakan Politik NU

Diposting oleh Perisai Jateng on Kamis, 17 Juli 2008

Oleh: M. Kholidul Adib Kader muda NU,


Dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dikenal istilah ”siklus 29 tahun”. Bermula ketika membaca Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU yang pertama kali dimana tertulis, NU berdiri untuk waktu 29 tahun. Diktum ini dalam muktamar NU berikutnya dirubah menjadi, ”NU didirikan untuk waktu tidak terbatas”. Dalam sejarah NU, kita akan menemukan patahan dalam setiap 29 tahun, dimana NU senantiasa mengalami perubahan pola dan strategi gerakan secara fundamental. Siklus 29 tahun NU yang pertama, yaitu dari masa berdirinya NU tahun 1926 sampai dengan 1955. Ini adalah masa-masa awal NU dipimpin oleh para pendiri NU, atau NU di era generasi pertama seperti KH. Hasyim Asy’ari. 
Dalam rentang 29 tahun pertama, NU merupakan jam’iyyah yang konsisten menjaga akidah ahlussunnah wal jamaah degan membangun visi kebangsaan dan keindonesiaan melalui keterlibatannya dalam perjuangan bangsa dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Siklus 29 tahun yang pertama ini berakhir tahun 1955 ketika NU menjadi Partai Politik (Partai NU). Prosesnya dimulai dengan keluarnya NU dari Masyumi (karena kecewa) tahun 1952, lalu terjadi perdebatan yang hangat di internal NU hingga akhirnya dideklarasikan Partai NU pada tahun 1954 dan ikut pemilu multi partai yang pertama kali dalam sejarah Indonesia pada tahun 1955. Siklus 29 tahun NU yang kedua yaitu tahun 1955 sampai dengan 1984. Ini adalah masa-masa dimana NU menjadi Partai Politik. Dalam pemilu 1955 (hanya persiapan satu tahun) Partai NU berhasil menduduki peringkat ketiga (setelah Masyumi dan PNI dan mampu mengalahkan PKI yang waktu itu amat penuh persiapan namun cuma menduduki peringkat keempat).
Dalam siklus 29 tahun NU yang kedua ini, Partai NU bersama partai-partai Islam lain dipaksa oleh penguasa orde baru untuk berfusi ke dalam wadah partai baru bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1972. Siklus 29 tahun yang kedua berakhir tahun 1984 ketika digelar Mutamar NU ke-27 di Situbondo dan menghasilkan keputusan dahsyat yaitu memantapkan hasil Munas NU satu tahun sebelumnya (1983) perihal positioning Partai NU yang sempat berfusi ke dalam PPP tiba-tiba menyatakan diri khittah alias keluar dari arena politik praktis yang sudah digelutinya selama 29 tahun lamanya. Khittah NU yang diputuskan dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo tahun 1984 menjadi titik balik siklus 29 tahun NU yang ketiga dengan hadirnya tokoh-tokoh muda NU seperti KH. Ahmad Sidiq (alm), KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Hingga kini, generasi ketiga NU ini banyak yang masih berkiprah dan menjadi trend setter nahdliyyin hingga kisaran tahun 2009 sampai dengan 2013.
Secara nasional, pertarungan pemilu 2009 merupakan masa detik-detik penyelesaian ”dendam sejarah” para elit bangsa, sekaligus akan menjadi titik berakhirnya era para generasi tua, dan akan menjadi titik awal lapisan baru generasi muda yang mempunyai sudut pandang baru dalam memaknai strategi dan etos pergerakan kebangsaan, termasuk juga di tubuh generasi muda NU. Sehingga siapapun pemimpin NU dan PKB saat ini adalah orang yang harus ikhlas untuk menjadi ”tumbah sejarah” bagi perjalanan NU ke depan, sebagaimana KH. Idhal Cholid yang menjadi tumbah sejarah NU ketika terjadi perubahan siklus 29 tahunan NU dari yang semula partai politik menjadi khittah tahun 1983-1984. Lantas, seperti apa NU pasca-2009 yang memasuki siklus 29 tahun NU keempat, tahun 2013 sampai dengan 2042? 
Menjelang Detik-detik Berdirinya Partai NU Dengan memperhatikan tanda-tanda zaman, agaknya NU di era siklus 29 tahun keempat, tahun 2013 sampai dengan 2042, NU akan kembali menjadi Partai Politik. Argumentasinya berdasarkan pada beberapa analisis sederhana berikut ini: Pertama, hingga kini syahwat elit-elit struktural NU (dari mulai PBNU, PWNU dan PCNU) masih tetap membara. Munculnya KH. Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU) dalam bursa pilpres tahun 2004 menjadi tanda awal masih kuatnya syahwat politik elit NU. Ini diikuti oleh banyak Ketua PWNU dan PCNU di bawahnya, seperti naiknya Ketua PWNU DKI, Fauzi Bowo, yang mencalonkan diri dalm Pilgub DKI; naiknya Ketua PWNU Jateng, Dr. HM. Adnan, yang mencalonkan diri dalam Pilgub Jateng; naiknya Ketua PWNU Jatim, Ali Maschan Musa yang mencalonkan diri dalam Pilgub Jatim; naiknya Ketua PWNU Kaltim, dan PWNU lainnya, termasuk para Ketua PCNU banyak juga yang mencalonkan diri dalam pilkada kabupaten/kota. Ini adalah tanda pertama. 
Tanda kedua, partai-partai yang sempat didirikan NU (baik PPP maupun PKB), oleh para elit struktural NU, dirasa belum mampu menjadi alat strategis, sebagai kendaraan untuk memperjuangkan kepentingan NU. Bahkan merenggangnya (baca: konflik) antara elit NU dan PKB menjadi bukti yang sangat vulgar. Sementara tradisi silaturahim dan membangun sinergitas gerakan para politisi NU yang tersebar di berbagai parpol hingga kini tidak berjalan bahkan seakan sudah diabaikan, sehingga konsep ”NU tidak kemana-mana tetapi ada dimana-mana” menjadi tidak tepat lagi karena ternyata tidak sesuai dengan skema pembicaraan awal.
Tanda ketiga, menjelang pemilu 2009, kondisi PKB (partai yang didirikan secara resmi oleh PBNU) masih dirundung banyak masalah internal yang belum juga ada titik penyelesaian, sehingga berdampak melemahnya persiapan partai menghadapi pemilu 2009. Basis utama PKB yaitu Jatim dan Jateng kondisinya masih perlu banyak konsolidasi dan penguatan internal. Pemilu 2009 diperkirakan suara PKB akan mengecil bahkan tidak masuk tiga besar. Sementara kekuatan tiga besar parpol diperkirakan diisi PDIP, Partai Golkar, dan PKS. Realitas ini akan menjadi pukulan telak, hingga akhirnya para elit struktural NU menilai keberadaan partai ini menjadi tidak menarik sebagai alat strategis perjuangan NU. Muktamar NU ke-32 akhir tahun 2009 diperkirakan akan terjadi perdebatan sangat sengit, baik mengenai tema NU dan politik, maupun soal figur kandidat Rois ’Amm dan Ketua Umum PBNU (karena kedua posisi sentral pucuk pimpinan NU tersebut akan menjadi penentu bagi arah dan garis perjuangan NU ke depan). Pasca-pemilu 2009, PKS tidak lagi menutup-nutupi identitas aslinya sebagaimana yang selama ini mereka tampilkan. Sebaliknya, mereka akan sangat vulgar mengusung kepentingan wahabi asli yang akan mempunahkan tradisi dan ideologi NU dan bangsa Indonesia.
Pola ini sudah sengaja didesain oleh pihak tertentu yng menjadi agen asing untuk memperkokoh kekuasaan mereka di republik ini. Fenomena gesitnya gerakan PKS sebagai parpol berbasis ideologi wahabi di satu sisi, dan melemahnya sinergitas orang-orang NU yang di partai politik (termasuk melemahnya partai yang didirikan warga NU dan semangat perjuangan warga NU yang tidak memahami jati diri dan ideologinya) di sisi lain akan menjadi faktor pertimbangan dominan elit struktural NU dalam menentukan arah dan pola strategi perjuangan NU ke depan. Tema positioning NU tersebut, sejak pasca pemilu 2009 sampai tahun 2013, akan menjadi isu sentral, hingga akhirnya elit struktural NU memutuskan untuk mengubah NU menjadi Partai Politik pada tahun 2013, untuk kemudian ikut berlaga pada pemilu 2014. Pertahanan Nahdliyyin Berbasis Teritori dan Pangkalan Gerakan Pada pemilu 2014, ada desain untuk membuat kompetisi Partai NU dan PKS terjadi dengan sengit, dan akan terus dipelihara oleh ”orang luar”.
Hingga pemilu 2019 gesekan itu akan terus terjadi dan berpuncak pada kisaran tahun 2023/2024/2025 ketika benar-benar sudah terjadi patahan dunia seiring dengan akan berpindahnya peradaban dunia dari Amerika ke Asea yang akan berdampak di dalam negeri dimana Partai NU dan PKS benar-benar akan diadu oleh ”orang luar” sebagaimana NU diadu dengan PKI pada tahun 1965. Dan, kalau kita semua tidak jeli dan waspada, maka ”orang luar” pula yang akan tetap MENANG. Sekarang, tergantung kita semua, warga Indonesia dan khususnya warga NU, harus menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyongsong berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang, untuk tetap menjaga NU dan merawat NKRI. Strategi kaderisasi anak muda NU berbasis teritori dengan memaksimalkan setiap pangkalan gerakan yang sudah ada adalah bagian dari desain besar anak muda NU untuk menyongsong masa depan tersebut demi terwujudnya kejayaan bangsa nusantara di pentas global. Wassalam. []
* Biro Pengembangan Intelektual dan Wacana PKC PMII Jawa Tengah
More aboutSiklus Gerakan Politik NU

Mengapa PSB on Line di Solo Kacau?

Diposting oleh admin on Rabu, 16 Juli 2008

Oleh Latri*

Solo (16/7/08)
Tentu kita masih ingat beberapa waktu yang lalu banyak media local di Solo yang memberitakan tentang bagaimana kekisruhan saat terjadinya PSB on line (Penerimaan Siswa Baru via internet). Mungkin juga hal ini terjadi di daerah laiinya. Masyarakat yang dengan penuh harap menunggu hasil pengumuman PSB on line harus kecewa karena banyak kendala ketika akan memgakses pengumuman itu di internet. Mereka yang masih banyak yang gagap dalam soal internet mau tak mau harus berburu sekolah lewat internet. Begitu mengakses internet, data yang mau di akses juga tidak segera muncul-muncul. Maka tak heran lagi jika akhirnya mereka beramai-ramai berdemo di kantor Dikpora Solo memprotes kebijakan yang di ambil oleh pemerintah.

Kita tentu juga ikut prihatin kenapa hal itu terjadi, apakah tidak diprediksikan sebelumnya. Apa protes masyarakat hanya akan dijawab dengan ucapan “maaf seribu kali maaf ini hanyalah kendala teknis!” itu sudah cukup! Pemerintah yang sudah berani mengambil kebijakan tentang PSB on line tentu seharusnya juga sudah siap dengan berbagai persoalan yang sangat pokok dalam urusan yang berkaitan dengan PSB on line. Misalnya saja bagaimana website yang dibuat itu harus diberi ruang traffic/bandwidth(kapasitas untuk berlalu lintas) dalam porsi yang sangat besar disesuaikan dengan perkiraan dengan jumlah berapa orang yang akan mengakses web tersebut.
Jadi yang perlu diperbesar itu adalah ruang traffiknya bukan ruang teks/webspace (ruang untuk memuat tulisan). Untuk ruang teks dalam kegiatan PSB on line ini hanya membutuhkan kapasistas dalam jumlah yang sedikit. Maka sekali lagi ruang traffic itu harusnya diberi porsi yang besar. Toh penggunaan web ini tidak selalu digunakan oleh masyarakat dalam jumlah yang sama dalam setiap waktunya. Jika para siswa sudah masuk sekolah maka masyarakat akan berkurang yang memanfaatkan media ini. Artinya traffic yang digunakanpun tidak membutuhkan ruang yang besar.
Beda dengan musim dimana masyarakat sedang berburu untuk mencarikan sekolah anak-anaknya. Maka ruang traffic itu seharusnya juga diberi kapasitas yang lebih dari waktu biasanya. Coba hitung saja berapa jumlah orang yang mau masuk sekolah ke jenjang berikutnya. Berapa jumlah anak SD yang masuk ke SMP, berapa siswa SMP yang masuk ke SMA. Tentunya tidak sedikit orang yang membuka web ini. Maka sekali lagi kita harus ingat bahwa system rayon yang dipakai sebelumnya sudah digantikan dengan system PSB on line membuat masyarakat harus aktif mengetahui informasi berapa jumlah nilai dan orang yang sudah mendaftar dalam suatu sekolah. Dengan demikian ia bisa memprediksikan dengan nilai sekian ia bisa masuk dimana. Tapi apa dikata jika mereka tidak bisa mengakses web yang menyediakan informasi itu ketika mereka membutuhkan?
Jika alasannya dikarenakan dengan masalah anggaran, sebenarnya anggaran untuk PSB on line di Solo itu sudah besar yaitu Rp 119.745.419,00. Lalu yang perlu dipertanyakan apakah ada penyalahgunaan anggaran (korupsi) dalam kegiatan ini. Sehingga menyebabkan Dinas terkait tidak mampu membayar pengeluaran untuk internet. Atau disebabkan karena belum ahlinya panitia dalam mengolah data via internet. Atau malah kedua-duanya. Jika memang belum cukup keahlian panitia dalam soal internet dengan dana segitu seharusnya juga sudah bisa mendatangkan para ahli yang paham dengan dunia internet untuk diperbantukan disana. Kita hanya berharap semoga ada ketransparansian penggunaan anggaran dalam kegiatan ini dan bisa menyiapkan PSB on line berikutnya dengan lebih baik.

* Latri merupakan pegiat Pattiro Surakarta

More aboutMengapa PSB on Line di Solo Kacau?

MUSWIL & Gerakan Anak Muda NU

Diposting oleh admin on Senin, 14 Juli 2008


Oleh : Zayinul Fata *
Dalam usianya ke-82 tahun, NU masih di persimpangan jalan. Komitmen Khitah 1926 masih belum menjadi tindakan dan sikap organisasi. Karena selama ini produk NU hanya berkutat pada ruang-ruang politik, sosial dan agama, namun ruang ekonomi yang sejatinya menjadi tumpuan kehidupan warga NU nyaris sama sekali tidak tersentuh baik dalam forum muswil maupun muktamar NU. Padahal proses lahirnya NU salah satunya dimulai dengan munculnya gerakan kebangkitan kaum pedagang (Nahdlatut Tujjar) pada tahun 1918 selain juga kebangkitan politik (Nahdlatul Wathon) 1924, serta Kebangkitan para kaum intellektual (Tashwirul Afkar) 1922.
Untuk itu, Muswil NU Jawa Tengah, yang akan dilaksanakan 13 Juli 2008 di Brebes nanti, selain harus melahirkan pemimpin yang bisa membawa jam’iyyah NU keluar dari kemelut dan problem ke ummatan seperti kemiskinan dan pengangguran, juga harus melahirkan produk aturan dan pemikiran cemerlang yang tidak hanya mengkaji dan merumuskan problem-problem sosial keagamaan, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana warga NU selaku warga mayoritas bangsa Indonesia terlepas dari penyakit kemiskinan dan kebodohan, menyemangati khitah NU adalah menyelamatkan NU dari problem kemiskinan, khususnya warga NU yang hidup diwilayah pedesaan. Oleh karena itu , revitalisasi gerakan ekonomi ummat NU harus menjadi perhatian khusus dalam forum muswil tersebut dan menjadi momentum bagi NU untuk kembali mencetak kader-kader muda nya yang senantiasa peduli dan komitmen terhadap pembangnunan ekonomi ke-ummatan. Selain itu, refleksi kritis dan nalar rekonstruktif harus menjadi cara pandang anak muda NU untuk menata kembali visi dan misi NU yang lebih strategis, produktif, dan populis. Sehingga dengan demikian, di pundak anak muda lah, masa depan NU dipertaruhkan. Akankah muswil ini mampu menghadirkan produk bagi kebangkitan dan kemajuan warga NU.
NU dan Kebangkitan Kaum Pedagang
Bahwa tujuan Nahdlatut Tujjar, salah satu embrio Nahdlatul Ulama adalah untuk mengangkat perekonomian kaum Muslimin. Lemahnya kemampuan ekonomi ulama kurang mendukung suksesnya dakwah yang dijalankan, sehingga mau tidak mau harus dibentuk sebuah lembaga ekonomi yang mendukungnya. Alasan lain pendirian adalah pendidikan yang didominasi sekolah Belanda yang bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak memberi nilai apa-apa bagi ibadah syariah sehingga perlu dibentuk lembaga pendidikan Islam yang mampu dibiayai sendiri oleh kalangan pribumi.
Setelah berdirinya NU, pada tahun 1937 muncullah koperasi Syirkah Muawanah. Namun demikian dalam perkembangan berikutnya usaha ini terbengkalai. Mungkin hal ini disebabkan konsentrasi NU yang sangat dalam terhadap politik praktis. Dalam periode selanjutnya kegiatan ekonomi warga NU dibangkitkan kembali melalui pembentukan LPNU pada tahun 1992.
Sebagai organisasi ekonomi NU, Nahdlatut Tujjar sesungguhnya kurang begitu dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Nahdlatut Tujjar jarang sekali termaktub dalam catatan sejarah resmi. Ini terjadi karena tiga sebab. Pertama, sejarah Nahdlatut Tujjar tidak pernah terdokumentasikan secara rapi, baik oleh para pendiri ataupun penerusnya. Kedua, ketidaktahuan kalangan peneliti mengenai keberadaan Nahdlatut Tujjar dan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional saat itu. Ketiga, kemungkinan adanya distorsi penulisan sejarah.
Membaca Konteks Nahdlatut Tujjar lahir sebagai ekspresi para ulama di tiga jalur strategis Jawa Timur, yaitu Surabaya, Kediri, dan Jombang, yang didorong oleh dua hal penting. Pertama, para ulama kebanyakan belum banyak berbuat dalam upaya pemberdayaan rakyat. Padahal, kemiskinan dan kemaksiatan sudah sampai pada tahap yang sangat memprihatinkan kala itu. Kedua, kolonialisme Belanda sudah merontokkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, termasuk tradisi perdagangan. Proses lahirnya Nahdlatut Tujjar diprakarsai oleh 45 saudagar santri yang berada di tiga jalur strategis di Jawa Timur. Di antara 45 orang pendirinya, hanya ada dua tokoh ulama yang sangat disegani, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah, sementara yang lainnya adalah para saudagar santri biasa yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk mengangkat kualitas kehidupan masyarakat di satu sisi, dan memerangi kolonialisme yang telah melahirkan aneka bentuk eksploitasi dan penindasan di sisi lainnya.
Berkaitan dengan pendirian Nahdlatut Tujjar ini, KH. Hasyim Asy’ari menguraikan tentang problem-problem keumatan yang terkait erat dengan soal ekonomi. KH. Hasyim Asy’ari kemudian memelopori dan menuntut kepedulian para ulama, karena merekalah pemimpin dan teladan umat. Apabila basis-basis dan simpul-simpul kemandirian ekonomi tidak dibangun, selain para ulama telah berdosa, bangsa ini juga akan terus terpuruk dalam kemiskinan, kemaksiatan, dan kebodohan akibat dari kuatnya pengaruh negara.
Problem lainnya adalah pengaruh penyebaran Islam sufistik yang telah meracuni pola pikir masyarakat Islam Indonesia. Kedatangan kelompok-kelompok sufi ke tanah air jelas menggoyahkan konstruksi Islam yang telah dibangun oleh para penyebar Islam sebelumnya. Dampak yang paling nyata adalah pergeseran orientasi dari fiddunya hasanah (harapan akan kebaikan dunia) ke fil akhiroti hasanah (harapan akan kebaikan akhirat). Dengan pergeseran semacam itu, banyak saudagar muslim yang tidak lagi memiliki etos kerja dan kepedulian terhadap bidang ekonomi.
Sejak awal pendiriannya, Nahdlatut Tujjar ternyata telah mengenal dan menerapkan manajemen organisasi modern. Pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja, di mana ada para pendiri, kepala perusahaan, direktur, sekretaris, marketing, dan pengawas keliling sudah dipraktikkan di Nahdlatut Tujjar. KH. Hasyim Asy’ari dipilih sebagai kepala perusahaan dan mufti (semacam komisaris), KH. Wahab Hasbullah sebagai direktur perusahaan, H. Bisri sebagai sekretaris perusahaan, dan Syafi’I sebagai marketing sekaligus pengendali perusahaan.
Selain itu, konsep investasi usaha juga mengemuka dalam bentuk sederhana, yang di era sekarang dikenal dengan profit share. Pembagian keuntungan 50% menjadi kesepakatan bersama, tetapi masih boleh dikembalikan untuk memperkuat modal. Dengan begitu, Nahdlatut Tujjar didirikan bukan hanya untuk membangun basis perekonomian para ulama, melainkan menjaga tradisi perdagangan yang sudah ada sejak sebelum datangnya kolonial, lebih dari itu, Nahdlatut Tujjar juga memiliki cita-cita ideal untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan, kemaksiatan, dan kebodohan.
Peranserta Anak Muda NU
Potensi ekonomi yang dimiliki warga Nahdlatul Ulama (NU) sebenarnya sangat besar, tetapi sampai saat ini potensi itu belum dikelola secara baik. Padahal jika potensi itu dikapitalisasi, maka NU akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa. Sehingga yang harus segera dilakukan adalah penguatan jam’iyyah dan jama’ah-nya. NU harus menggiatkan dan mendesain kembali ruh Nahdlatut Tujjar dan Tashwirul Afkar serta pemberdayaan generasi muda dalam menghadapi kekuatan jaringan keduanya. Nahdlatut Tujjar merupakan ide awal berdirinya NU, saat ini kurang mendapatkan perhatian sehingga wagra Nahdliyyin tertinggal dari segi ekonomi. Karena itu perekonomian saatnya menjadi program prioritas.
Dalam konteks Tashwirul Afkar sebagai gerakan garis tengah perlu melakukan desain ulang untuk menemukan kembali pemikiran-pemikiran progresif Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah yang tidak hanya sebagai metode penetapan hukum (manhaj al-fiqh) tetapi juga metode berpikir (manhaj al-fikr) untuk mengimbangi pemikiran-pemikiran radikal terutama dengan konsep formalisasi syari’at dan konsep khilafah.
Dengan demikian, NU harus menyadari penggiatan kembali Nahdlatut Tujjar dan Tashwirul Afkar memerlukan SDM yang memiliki personality kuat dan kredibel, khususnya dari generasi muda. Mereka merupakan lapisan baru gerakan yang dinamis dan progresif dari NU. Mereka perlu diberi kesadaran pentingnya membuat sinergi kekuatan intelektual dan perekonomian umat. Namun, gerakan generasi muda ini harus selalu dibimbing dan diarahkan nilai-nilai NU agar tetap terkoordinasi secara sinergis dengan kepentingan NU kedepan. Saatnya sekarang ini kaum Nahdliyyin baik yang ada dalam struktur maupun kultur melangkah bersama membangun jam’iyyah dan jama’ah NU dalam langkah dan setrategis yang sinergis, terpadu dan terarah untuk mencapai tujuan NU, yaitu izzu al-Islam wa al-muslimin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan realitas di atas, Khittah NU tidak seharusnya dipahami secara sempit, yaitu sekedar melepaskan diri dari semua kekuatan politik, tetapi yang paling hakiki adalah membangkitkan ummat (Nahdlatu al-Ummah) dalam konteks rahmatan lil’alamin. Walhasil NU (Nahdlatul Ulama) berjuang mewujudkan NU (Nahdlatul Ummah).
* Penulis adalah Staf Ahli Pengurus Pusat Lembaga perekonomian Nahdlatul Ulama (PP-LPNU).
More aboutMUSWIL & Gerakan Anak Muda NU

Data PKC PMII Jateng 06-08

Diposting oleh admin on Senin, 07 Juli 2008

Data Pengurus koordinator Cabang Jawa Tengah periode 2006-2008

1. Nama : M.Mahbub Zaki

Alamat : Purwokerto

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 0815757121123

Jabatan : Ketua Umum

2. Nama : Kusdiyanto Al-ghorobany

Alamat : Jalan Pangeran Syarif saripan Jepara No 7 RT 02/03

Asal Cabang : PC PMII Jepara

No HP : 081 325 410 753

Jabatan : Sekretaris Umum

3. Nama : Handoko Wahyu

Alamat : gang antorejo 3/5 Cepu Blora

Asal Cabang : PC PMII Blora

No HP : 081 332 228 838

Jabatan : Wakil sekretaris

4. Nama : Muhammad Heru kencono

Alamat : Dsn Suwaru RT 02/01 Wringinpitu Mojowarno Jombang

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 085 640 511 990

Jabatan : Bendahara umum

5. Nama : Bibi Nugroho

Alamat : Dsn PulutanRt 01/02 sidorejo lor Salatiga

Asal Cabang : PC PMII Salatiga

No HP : 085 640 258 925 (0298) 342 0459

Jabatan : Wakil Bendahara

6. Nama : Musabihan Aby Saluds

Alamat : Jl Impres Pring Tutul Karang Jengkol Kesugihan Cilacap

Asal Cabang : PC MII Cilacap

No HP : 081 327 050 467 / 081 327 039 301

Jabatan : Ketua 1

7. Nama : Sigit Purnomo

Alamat : Jl Kasuari 64 C Klaseman salatiga

Asal Cabang : PC PMII Salatiga

No HP : 081 575 072 891/ 081329 673 756

Jabatan : Ketua II

8. Nama : Syaiful Hadi

Alamat : Ngalian

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 081 325 501 699

Jabatan : Ketua III

9. Nama : Duwi Rusmiyati

Alamat : Kersan 03/1 Jatisobo Polokarto, Sukoharjo 57555

Asal Cabang : PC PMII Sukoharjo

No HP : 081 329 332 109 (0271) 612463

Jabatan : Ketua IV

10. Nama : Irfan Rosyadi

Alamat : Ngemplak Kandangan Temanggung

Asal Cabang : PC PMII Jepara

No HP : 081326 404 538

Jabatan : Sekretaris I

11. Nama : Eko Wahyudi

Alamat : RT 04/07 Pejagoan kebumen

Asal Cabang : PC PMII Kebumen

No HP : 081 728 224 74

Jabatan : Sekretaris II

12. Nama : A Musyafa’

Alamat : Jl Murat III No 72 Binagriya Blok C Pekalongan

Asal Cabang : PC PMII Pekalongan

No HP : 081 327 111 394

Jabatan : Sekretaris III

13. Nama : Amin Hidayat

Alamat : Kudus

Asal Cabang : PC PMII Kudus

No HP : 08170275455

Jabatan : Sekretaris IV

14. Nama : Umi Marwah

Alamat : PC PMII sukoharjo

Asal Cabang : PC PMII Sukoharjo

No HP : 081 329 738 145

Jabatan : BKAP

.

15. Nama : Ma’rifun Arif Lasalle

Alamat : Karang Kembang Rt 16/02 Alian Kebumen

Asal Cabang : PC PMII Cilacap

No HP : 081 327 062 223

Jabatan : BHAL

16. Nama : Wahyu Budiman

Alamat : Selo Merto Wonosobo

Asal Cabang : PC PMII

No HP : 081 327 480 327

Jabatan : BHAL

.

17. Nama : Achmad Sochib

Alamat : Pecangaan Jepara

Asal Cabang : PC PMII Jepara

No HP : 081 802 451 235

Jabatan : BHAL

18. Nama : Suharbadi

Alamat : Ngasinan RT 03/02 Kragan Rembang 592 73

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 0888 254 0445

Jabatan : Biro Kajian Gender

19. Nama : Shanty

Alamat : Jl, KH Hasan Anwar Gg Kauman 2 Purwodadi

Asal Cabang : PC PMII Grobogan

No HP : 081 576 484 79

Jabatan : BKJKP

20. Nama : Jamal Lutfi

Alamat : Jl Bringin Elok 1 Bringin Lestari Semarang

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 081 705 87006

Jabatan : BPPSDA

21. Nama : M.Abdul Basyir

Alamat : Kudus

Asal Cabang : PC PMII Kudus

No HP : 081 326 667 220

Jabatan : BAKP

22. Nama : M. Kholidul Adib SHi

Alamat :Ringin Wok Ngalian Semarang

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 085 225 477 912

Jabatan : BKPI

23. Nama : Ardini Febilia

Alamat : Jl Genuk Krajan No 649 B Semarang

Asal Cabang : PC PMII semarang

No HP : (024) 8448417 / 081 745 1473

Jabatan : BPPSDA

.

24. Nama : Rakhmad

Alamat : Lempong Sari Raya No 375

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP :

Jabatan : BPPC

25. Nama : Wik Hartono

Alamat : Keling Jepara

Asal Cabang : PC PMII Jepara

No HP : 081225 67407

Jabatan : BPPC

26. Nama : Marzuki

Alamat : Jl Sultan fatah No 611 Demak

Asal Cabang : PC PMII Demak

No HP : 081 576 129 32

Jabatan : BKK

27. Nama : Sulatri

Alamat : Ponces Purwosari Girimulyo Kulon Progo DIY

Asal Cabang : PC PMII Solo

No HP : 081 706 248 45

Jabatan : Biro Pers dan Informasi

28. Nama : Sofwan Setiyawan

Alamat : RT 01/02 Barang.Jumo Temanggung

Asal Cabang : PC PMII Temanggung

No HP : 085 228 422 448

Jabatan : BPPC

29. Nama : Januri Kholis

Alamat : Pondok Pesantren Futuhiyah Mangkang

Asal Cabang : PC PMII Kota semarang

No HP : 081 326 040 271

Jabatan : BKK

.

30. Nama : Nurkholis Majid Al-gadingi

Alamat : Kasuari Klaseman No 64 C Salatiga

Asal Cabang : PC PMII Salatiga

No HP : 0298 3420459

Jabatan : BPI

31. Nama : Sumardi

Alamat : Tunggul sari, brangsang, Kendal

Asal Cabang : PC PMII Semarang

No HP : 081 931 927 655

Jabatan : BKPI

More aboutData PKC PMII Jateng 06-08