Upaya Perempuan Mewarnai Dunia Kebijakan Publik

Diposting oleh admin on Senin, 31 Agustus 2009












Oleh : Sulatri 
Di era keterbukaan informasi saat ini bukan hal mustahil ketika kita sering mendapatkan informasi tentang bagaimana perempuan juga bisa tampil dunia public. Memang secara kodrat perempuan itu bisa hamil, menyusui dan melahirkan. Akan tetapi ditengah masyarakat saat ini sudah banyak yang memandang bahwa perempuan itu tidak hanya mempunyai tugas-tugas domestic (rumah tangga) itu semata. Saat ini tugas domestic itu juga menjadi tugasnya kaum laki-laki, maka tidak heran peluang perempuan untuk berkarir di eksternal rumah tangga juga banyak mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Seiring dengan keterbukaan dunia pendidikan yang membuka kesempatan untuk menimba ilmu bagi siapa saja yang berkeinginan mendapatkan pendidikan tanpa ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, maka saat ini kita juga sudah tidak susah mendapatkan perempuan yang menimba ilmu sampai perguruan tinggi. Keberanian perempuan untuk menekuni karier yang menjadi idamannyapun sudah bukan hal yang baru lagi. Dalam dunia berorganisasi saat ini juga sudah banyak organisasi-organisasi yang membuka kesempatan bagi perempuan untuk terlibat aktif didalamnya. Bahkan dunia perpolitikanpun juga sudah banyak perempuan uang terjun disana. Akan tetapi yang patut menjadi perhatian kita apakah dengan adanya keterbukaan mendapatkan pendidikan, berorganisasi, berkarier, perempuan disana sudah bisa dengan mudah untuk bisa berperan penting dalam mengambil keputusan-keputusan dalam institusinya? Jujur saja realita dilapangan banyak perempuan yang mempunyai kapasitas lebih dibanding laki-laki tetapi giliran ia mau mengambil keputusan dalam institusinya ia tidak bisa berperan penting karena dia seorang perempuan. Sifat perempuan yang perasa dan sering hanya menerima keputusan semakin memberi kesempatan pada laki-laki mengambil keputusan-keputusan sendiri dan kurang member peluang perempuan untuk aktif urun rembuk disana meskipun perempuan tersebut mempunyai kemampuan yang lebih. Akhir perempuan menjadi hal yang biasa ditinggalkan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam sebuah lembaga. Itu baru salah satu kendala perempuan untuk unjuk gigi dalam institusinya. Kalau dalam lembaganya sendiri si perempuan sudah mengalami kesusahan ketika dia akan ikut beraktualisasi ikut mengambil keputusan-keputusan institusinya. Tentu kita sudah bisa membayangkan bagaimana perempuan bisa ikut berperan dalam dunia kebijakan public. Akibat sedikitnya peluang untuk bisa beraktualisasi di lembaganya bukan hal mustahil akhirnya perempuan menjadi malas untuk ikut membuka peluang-peluang bagi dirinya sendiri untuk bisa tetap eksis memunculkan ide-ide cemerlangnya yang bisa membawa kemajuan di lembaganya, apalagi di dunia kebijakan public. Seseorang yang ingin berkecipung dalam dunia kebijakan public maka juga dituntut untuk bisa mengaktualisasikan pimikiran-pemikirannya di muka public. Kalau dalam lingkup organisasi katakanlah dunia kerjanya saja ia masih kesusahan mengaktualisasikan pemikiran-pemikirannya tentu dapat dibayangkan bagaimana lebih susahnya perempuan ketika akan berperan di dunia public. untuk bisa berperan di dunia kebijakan public seseorang itu dituntut mobilisasi yang besar, jiwa kokoh, relasi yang banyak, pengetahuan yang lebih mengenai hal yang akan diterjuninya dan sebagaiinya. Kita tidak menutup mata bahwa kejelian dan ketelitian yang lebih dimiliki oleh seorang perempuan bisa membuat karier perempuan semakin eksis. Tetapi, disisi lain itu juga sering mengakibatkan seorang perempuan lebih dipilih mengurusi hal-hal domestic lembaga sehingga peluang perempuan ke eksternal lembaga si perempuan jadi berkurang. Ia hanya disibukkan dengan urusan-urusan domestic institusi sehingga banyak kesempatan untuk terlibat aktif dalam dunia kebijakan public terlewatkan begitu saja. Untuk itu mari kita dorong perempuan lebih bisa berperan dalam kebijakan public berawal dari melibatkan perempuan dalam berbagai peran untuk ikut terlibat mengambil keputusan-keputusan di lingkungan internal lembaga. Dan juga mendorong perempuan untuk bisa terlibat aktif dalam dunia eksternal lembaga. Dengan demikian nantinya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan untuk berperan di dunia public semakin berkurang dan bisa menghasilkan output-output yang lebih dalam pengambilan keputusan.
More aboutUpaya Perempuan Mewarnai Dunia Kebijakan Publik

Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Bumi Nusantara

Diposting oleh Perisai Jateng on Rabu, 26 Agustus 2009

Secara geografis Nusantara –di mana Indonesia sebagai bagian darinya--merupakan wilayah strategis baik secara ekonomi dan politik serta pertahanan, karena posisinya pada perlintasan budaya antar benua. Dengan posisinya yang strategis itulah Nusantara menjadi perlintasan agama yang sangat penting. Kawasan ini mengalami perubahan budaya dan agama yang beruntun namun berjalan cukup damai. Kepercayaan Pagan, Hindu, Budha dan Islam secara dialektik telah menjadi tata nilai yang berjalan di kawasan Asia Tenggara. Nilai-nilai tersebut, bahkan, kemudian mampu memberikan kontribusi dalam membentuk sistem pemerintahan dan varian keagamaan sendiri yang mencerminkan pergumulan antara budaya luar dengan budaya asli Nusantara. Lebih-lebih ketika Islam datang ke Nusantara. Agama baru ini diterima sangat baik oleh penduduk setempat. Hal itu karena kearifan para ulama atau wali yang datang ke wilayah ini, yang sangat menghormati tradisi, adat istiadat, bahkan agama setempat. Islam dicoba diselaraskan dengan ajaran setempat, karena itu tidak sedikit tradisi yang kemudian dijadikan sarana penyiaran Islam. Dengan cara itu mereka tidak terusik dengan datangnya agama baru (Islam) itu, mereka menerima dengan tangan terbuka. Apalagi agama Islam yang tidak mengenal strata sosial itu, dirasa sangat membebaskan mereka dari kungkungan kekastaan yang ketat, karena itu mereka turut membantu penyebarannya. Sistem keberagamaan yang toleran dengan tradisi lokal ini berkembang luas di kalangan Islam Nusantara yang dikenal dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, yang dikembangkan oleh para wali atau ulama baik di Aceh, di Minangkabau, di Palembang di Pontianak, Banjarmasin, Bugis, Makassar, Ternate, Nusa Tenggara dan sebagainya, pada umumnya bermazhab Syafiiyah, atau mazhab empat pada umumnya. Mereka juga terhimpun dalam kelompok terekat, seperti Sattariyah, Qadiriah, Naqshabandiyah dan lain sebagainya. Dengan kekuatan tradisi itu mereka bisa mendirikan pusat-pusat kebudayaan, baik berupa kerajaan maupun lembaga pendidikan pesantren dan pusat perdagangan. Dengan sarana itu Islam berkembang pesat di seluruh penjuru Nusantara lebih intensif dan lebih langgeng ketimbang pengaruh agama lainnya yang pernah ada. Keutuhan dan keberagamaan masyarakat Nusantara ini mulai terusik ketika muncul gerakan Wahabi yang puritan. Semua tata nilai yang telah dikembangkan untuk mendukung sarana dakwah dan ibadah itu dicap sebagai tahayul, bid’ah, dan khurafat. Selama beberapa dasawarsa mereka menyerang dengan sengit kelompok ahlussunnah yang bermazhab dan kaum tarekat, karena dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam. Mereka ini tidak menghendaki adanya percampuran antara Islam dengan budaya Nusantara, mereka ingin mengembalikan Islam pada budaya Arab, yang hanya mengenal Al-Qur’an dan Hadits. Karena cara penyiaran ajaran baru itu demikian kasar, penuh kontroversi akhirnya, tidak diterima secara penuh oleh masyarakat. Gelombang serangan terhadap eksistensi Islam Nusantara itu terus berdatangan dalam setiap dasawarsa, dengan datangnya gerakan Islam puritan yang radikal. Bahkan serangan juga datang dari kebudayaan Barat, yang menuduh Islam ini sebagai Islam sinkretis, yang konservatif yang tidak sesuai denagn kemajuan zaman. Bahkan saat ini sistem kapitalisme global yang manawarkan budaya sekular dan hedonis juga memberika ancaman tersendiri bagi keutuhan kamunitas Islam Nusantara yang dengan gigih mempertahankan moral dan tradisi. Sebenarnya kekuatan Islam Nusantara ini sangat besar, karena didukung oleh mayoritas umat Islam, yang sehari-hari dengan gigih mengamalkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Hanya saja kurang terpadu dan kurang sigap dalam memainkan media, sehinga perannya seolah menjadi terpinggir oleh kelompok-kelompok Islam garis keras yang puritan, tetapi sebenarnya minoritas. Tradisi ini tidak hanya Nahdlatul Ulama, tetapi juga didukung oleh organisasi Islam yang lain seperti; Tarbiyah Islamiyah (Padang), Al Washliyah (Medan), Al Khairat (Palu), Nahdlatul Wathon (Mataram), Darut Dakwah wal- Irsyad/DDI (Sulawesi Selatan) dan Mathlaul Anwar (Banten). Apabila seluruh kekuatan Islam bermazhab Ahlussunnah wal Jamaah Nusantara ini bersatu padu, maka keberadaan Islam Ahlussunnah di Nusantara ini akan tetap lestari bahkan mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat, bahkan mampu menentukan masa depan bangsa ini. Mengingat adanya tantangan yang terus-menerus baik dari kalangan Islam radikal yang puritan maupun dari kalangan Islam liberal yang militan, maka eksistensi Islam Ahlussunnah wal Jamaah Nusantara ini perlu diperkuat. Hadirnya Islam Ahhlusunnah wal Jamaah kita harapkan membawa pengaruh besar pada kehidupan bangsa di bumi Nusantara ini.
More aboutIslam Ahlussunnah wal Jamaah di Bumi Nusantara

MARHABAN YAA RAMADHAN

Diposting oleh admin on Sabtu, 15 Agustus 2009


Ramadhan tahun 1430 H akan segera kita jalani, mari kiota sambut dengan suka cita karena disana kita akan menemukan bulan yang oleh Allah Azawajala diberikan keistimewaan dan dikhususkan kepada mereka yang beriman dan bertaqwa Marhaban yaa Ramadhan Secara praktis puasa Ramadhan sangat mudah dilakasanakan, yakni hanya menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Akan tetapi jika dilihat lebih jauh, banyak hal yang mesti dihindari baik secara makro dan mikro untuk mencegah batalnya puasa tersebut. Sebahagian kalangan menilai bahwa puasa itu batal dikarenakan makan dan minum atau mengkonsumsi segala makanan malalui rongga mulut dan tidak melaksanakan hubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan. Secara praktis puasa Ramadhan sangat mudah dilakasanakan, yakni hanya menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Akan tetapi jika dilihat lebih jauh, banyak hal yang mesti dihindari baik secara makro dan mikro untuk mencegah batalnya puasa tersebut. Sebahagian kalangan menilai bahwa puasa itu batal dikarenakan makan dan minum atau mengkonsumsi segala makanan malalui rongga mulut dan tidak melaksanakan hubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan. Jika demikian halnya timbul suatu pertanyaan yang bernuansa sedikit kritis, yaitu hanya sebatas itukah nilai-nilai puasa yang terkandung dalam perintahkan Allah SWT yang termaktub dalam surah al-Baqarah ayat 183 atau ada hal lain yang sangat signifikan dibalik perintah itu dan sejauhmana kesakralan bulan Ramadhan tersebut. Secara filosofis, semua ajaran dan perintah yang dibebankan Allah SWT. kepada umat manusia mempunyai nilai-nilai yang sangat penting dan urgen serta punya efek positif bagi yang mentaatinya. Sebaliknya akan menuai kesengsaraan dan azab bagi umat yang tidak menjalankan perintah-Nya. Janji Allah, baik yang berbentuk ganjaran pahala dan azab senantiasa ditepati-Nya bila waktunya telah tiba. Untuk itu, momen puasa Ramadhan saat ini mari sama-sama melaksanakan perintah puasa dengan penuh keikhlasan dan keimanan yang kokoh kiranya mandapat gelar takwa, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an yaitu: la'allakum tattakuun (Q.S. al-Baqarah: 183). Nilai Filosofis dalam Puasa Ramadhan Jika dicermati dengan baik apa yang termaktub dalam surah al-Baqarah ayat: 183 tersebut, di dalamnya akan terungkap apa sebenarnya nilai-nilai filosofis tujuan dari puasa Ramadhan tersebut, di antaranya adalah; untuk mencapai sebuah gelar atau derajat yang paling tinggi yakni gelar takwa. Gelar itu diperoleh bagi umat yang beriman dan melaksanakan puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan hanya diwajibkan bagi orang yang beriman, meskipun dia mengaku orang Islam tapi tidak merasa beriman, dia tidak termasuk kategori orang yang dipanggil untuk wajib melaksanakan puasa Ramadhan jika diamati dengan baik serta teliti makna dari perintah yang terdapat pada surah al-Baqarah di atas. Selanjutnya, nilai filosofis yang lain adalah memupuk rasa kasih sayang antar sesama, dengan merasakan lapar dengan cara berpuasa itu hati kita akan tersentuh betapa sengsaranya kaum fakir miskin yang senantiasa merasa kelaparan serta serba kekurangan dalam segala hal. Para kaum dhu'afa senantiasa menanti uluran tangan kaum dermawan agar menyisihkan sebahagian hartanya untu didermakannya. Orang yang beriman dan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh keimanan, pasti akan tersentuh hatinya untuk menolong kaum fakir miskin yang selalu hidup dalam keadaan serba kepapaan. Kemudian, nilai filosofis yang terdapat dalam puasa itu yakni, membina dan menata diri kaum mukmin agar senantiasa hidup dengan teratur, utamanya dalam mengkonsumsi makanan. Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan cara yang tidak teratur akan mengakibatkan kesehatannya kurang baik, karena perut manusia butuh waktu untuk mengolah makanan yang telah dikonsumsi. Maka dengan mengatur pola makan yang baik dan teratur akan menjadikannya seorang manusia yang sehat, hal ini sejalan dengan hadis Nabi SAW. dari Abu Hurairah yang artinya: "Berpauasalah kamu agar kamu sehat." Nilai filosofis yang tidak kalah pentingnya adalah, puasa Ramadhan akan menata atau memanajemen hati seorang yang berpuasa agar lebih suci dan bersih, sehingga terhindar dari sifat-sifat yang jelek atau tercela, seperti sifat dengki, iri hati, riya' atau suka dipuji dan dilihat orang lain, dan lain sebagainya yang tergolong pada hal-hal yang mengotori hati manusia. Jika sifat yang disebutkan di atas, tumbuh subur di hati seseorang maka nilai puasanya dalam pandangan Allah sangat buruk dan tidak akan mendapatkan ganjaran selain lapar dan haus. Bulan Ramadhan sebagai bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya merupakan ma'firah dan akhir bulan Ramadhan merupakan momen terlepas dari api neraka, maka secara tidak langsung akan memberikan motivasi yang sangat bererti bagi umat Islam untuk lebih giat dalam beribadah untuk mencapai ridha Allah SWT. Selanjutnya Allah telah memberikan malam yang sangat mulia di sepuluh akhir Ramadhan, malam itu dikanal dengan malam kemuliaan atau "Lailat al-Qadr" (malam yang lebih baik dari seribu bulan). Secara tidak langsung malam kemuliaan atau Lailat al-Qadr itu termasuk dari nilai filosafis yang terkadung dalam bulan Ramadhan itu sendiri. Keutamaan BulanRamadhan Bulan Ramadhan sangat jauh berbeda dengan bulan lainnya, bulan Ramadhan terkenal dengan bulan "Bursa Pahala" (reward). Segala amal ibadah hamba Allah di bulan itu akan dilipat gandakan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: "Setiap amal anak Adam (manusia) diberi ganjaran 700 kali lipat (di bulan Ramadhan), kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Akulah yang memberi ganjarannya" (H.R. Mutta'alaihi). Bulan Ramdhan penuh dengan bulan keampunan, hal ini sejalan dengan hadis Nabi yang disampaikan oleh Abu Abdillah bin al-Hafiz dan Muhammad bin Musa yang artinya: "Barangsiapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang beribadah di malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (H.R. Muttafa'alaihi). Demikianlah Allah memberikan sugesti dan dorongan kepada hambanya agar selalu melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah SWT. Penuh keimanan yang disebutkan dalam hadis di atas, sangat erat kaitannya dengan apa yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 183, dimana dalam ayat tersebut yang diwajibkan untuk berpuasa Ramadhan adalah orang yang beriman. Selajutnya setelah tuntutan beriman dipenuhi baru diwajibkan berpuasa dengan penuh keikhlasan, karena nilai puasa yang dipersembahkan hanya untuk Allah SWT semata. Sejalan dengan informasi yang telah disebutkan di atas, bahwa di bulan Ramadhan penuh dengan "Bursa pahala" dan seharusnya memperbanyak amal ibadah, di antaranya seperti, shalat tarawih, shalat witir, shalat malam atau tahajjud, tadarusan Al-Qur'an atau membaca Al-Qur'an, memperbanyak sedekah, iktikaf dan amalan lainnya yang dikategorikan kepada amal yang shaleh. Mari tingkatkan amal ibadah lebih baik dari tahun yang lalu, sebab kehadiran bulan Ramahan sekali dalam setahun. Bekalilah hidup untuk kehidupan yang hakiki, gunakanlah hidupmu sebelum datang matimu agar tidak terjadi penyesalan yang tidak berarti.
More aboutMARHABAN YAA RAMADHAN

PELATIHAN KADER DASAR PC PMII KOTA SURAKARTA

Diposting oleh admin on Jumat, 14 Agustus 2009

Hari : Minggu – Selasa Tanggal : 16 – 18 Agustus 2009 Tempat : Hotel Maliyawan, Tawangmangu adapun jadwal acaranya sebagai berikut Minggu, 16 Agustus 2009 Waktu Acara PJ 08.00 – 10.00 Regristrasi Peserta Sie. Acara 10.00 – 11.00 Pembukaan Panitia 11.00 – 12.00 Pra Kurikula Fasilitator 12.00 – 13.00 Ishoma Sie. Konsumsi 13.00 – 15.00 Materi I “Paradigma PMII” Sahabat Bobi 15.00 – 15.30 Isho Panitia 15 -30 – 17.00 Materi II “Aswaja sebagai manhaj Al fikr” Drs. Ahmad Hudaya, M. Ag. 17.00 – 18.00 Mandi + Ishoma Sie. Konsumsi 18.00 – 20.00 Tadarusan + Ishoma Sie. Kerohanian 20.00 – 21.30 Materi III “Islam sebagai teologi pembebasan” Sahabat Sholahuddin Aly 21.30 – 23.00 Materi IV “Menyibak kuasa dibalik wacana dan pengelolaan opini publik” Sahabat Faelani 23.00 – 04.30 Mujahadah Sie. Kerohanian Senin, 17 Agustus 2009 waktu Acara PJ 04.30 – 05.00 Shalat Subuh Berjama’ah Sie. Kerohanian 05.00 – 05.30 Kultum Panitia dan peserta 05.30 – 06.00 Olahraga Panitia 06.00 – 08.00 Mandi + sarapan Pagi Sie. Konsumsi 08.00 – 09.30 Materi V “Analisis dan rekayasa sosial” Sahabat Naeni Amanullah 09.30 – 11.00 Materi VI “Studi Advokasi kebijakan dan anggaran” Sahabat Setyo 11.00 – 12.30 Materi VII “Strategi pengembangan PMII dan pengorganisiran kampus” Sahabat Hendry Wicaksono 12.30 – 13.30 Ishoma Sie konsumsi dan kerohanian 13.30 – 14.30 General Review fasilitator 14.30 – 15.30 Evaluasi Panitia 15.30 – 16.00 Isho Sie kerohanian 16.00 – 18.00 Persiapan malam Inagurasi (Pindah ke Bumi Perkemahan Sekipan) Sie acara 18.00 – 20.00 Ishoma Sie. Konsumsi dan kerohanian 20.00 – 23.00 Pentas Seni Panitia dan peserta 23.00 – 24.00 Istighosah Sie kerohanian 24.00 – 04.30 Istirahat All Selasa, 18 Agustus 2009 Waktu Acara PJ 04.30 – 05.00 Shalat Subuh Sie kerohanian 05.00 – 10.00 Out Bond Tim instruktur 10.00 – 11.00 Penutupan Sie. Acara
More aboutPELATIHAN KADER DASAR PC PMII KOTA SURAKARTA

Membaca Paradigma Gerakan

Diposting oleh admin

oleh Muhammad Rofik,
Ketum PMII Solo Indonesia adalah Negara yang memiliki keragaman budaya yang begitu luar biasa banyaknya. Disatu sisi ini adalah sebuah kebanggaan bagi bangsa ini, namun disisi yang lain ini juga bisa menjadi ancaman perpecahan jika segenap elemen bangsa ini tidak memiliki satu pemahaman yang utuh tentang bangsanya sendiri. Menjelang hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke 64 ini PMII Cabang Kota Surakarta mencoba untuk melakukan refleksi bersama mengenai keberlangsungan bangsa ini. Selain sebagai proses penanaman pemahaman yang utuh tentang bangsanya sendiri PMII Cabang Kota Surakarta juga berupaya agar mampu memberikan peran yang maksimal bagi pembangunan bangsa kedepan.   Selain itu berbicara tentang kekayaan alam Indonesia selalu mendapatkan peringkat yang cukup disegani diseluruh dunia. Sebagai contoh, Indonesia adalah penghasil biji-bijian terbesar no 6, penghasil teh terbesar no 6, penghasil kopi no 4, penghasil cokelat no 3, penghasil minyak sawit (CPO) no 2, penghasil lada putih no 1, lada hitam no 2; penghasil puli dari buah pala no 1, penghasil karet alam no 2, penghasil karet sintetik no 4, penghasil kayu lapis no 1, penghasil ikan no 6 di dunia. Di sektor migas, Indonesia termasuk dalam jajaran 20 besar negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia. Tahun 2005 Indonesia adalah produsen gas alam terbesar dibandingkan dengan seluruh negara di Asia Oceania, Aprika, (2.606 Trilion Cubic Feet), dan termasuk dalam 10 Negara penghasil gas terbesar di dunia (Rusia, US, Canada, Iran, Algeria, UK, Norway, Montenegro, Netherlands, Indonesia). Data lainnya menyebutkan bahwa Tahun 2008, Indonesia berada pada urutan 7 negara eksporter gas terbesar di dunia. Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan yang sampai hari ini masih menjadi teka-teki mengapa masih saja bangsa ini hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam hal ini PMII selalu memposisikan diri sebagai habitat global. PMII memahami bahwa Indonesia sebagai warga habitat global. Diyakini bahwa kondisi yang terpaksa dihadapi oleh masyarakat kita hari ini tidak lepas karena pengaruh pertarungan negara-negara besar dunia yang tengah mencengkeram bangsa kita hari ini. Untuk itu pengkaderan PMII senantiasa mengarahkan kader untuk mampu memposisikan diri secara cepat dan tepat. Pengkaderan PMII berorientasi pada tiga aspek utama, yakni keimanan, pengetahuan dan ketrampilan. Keimanan mendorong kader untuk berani dan tidak mudah tunduk terhadap segala bentuk kemapanan serta ancaman duniawi. Pengetahuan membekali kader untuk mampu hidup dan bergerak sesuai dengan zamannya atau hal ini dikenal baik dengan ungkapan kun ibna zamanika yang artinya jadilah anak zamanmu. Sedangkan skill kader diharapkan mampu menjadi alat untuk survive dalam menghadapi hidup yang penuh dengan kompetisi ini. PMII kini telah menginjak setengah abad berdiri, namun sepertinya PMII harus masih bersabar untuk menjadi sebuah pergerakan yang benar-benar pergerakan. Negeri yang begitu multikompleks dan medan pergerakan yang semakin unpredictable menjadi tantangan yang harus dihadapi sahabat/I PMII. Dalam beberapa kesempatan telah muncul beberapa paradigma yang diharapkan mampu menjadi guideline dalam setiap gerak langkah PMII. Hal ini disebabkan karena paradigma yang ada terlahir tidak lebih dari sebuah reaksi atas realitas sempit pada satu zaman. Paradigma “arus balik masyarakat pinggiran” yang teretus pada zaman sahabat A. Muhaimin Iskandar misalnya, muncul karena dari dominasi pemikiran-pemikiran Gusdur tentang demokrasi dan civil society. Paradigma ini akhirnya hanya menuntun Sahabat/I untuk menjadi oposisi dan Sahabat/I tidak pernah siap untuk menjadi pemain yang baik ketika kesempatan itu ada. Singkat kata, sahabat/I pergerakan hanya mampu menjadi pengkritik yang tidak memiliki banyak tawaran solusi. Paradigma “Kritis Transformatif” muncul setelah paradigma “arus balik masyarakat pinggiran” dirasa sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Paradigma ini diharapkan akan mampu melahirkan kritisme kader dan mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan yang ada. Namun salah satu persoalan di PMII adalah lemahnya basic skill kader. Karena bagaimana taransformatif itu bisa terjadi jika skill kader lemah?. Paradigma terbaru juga sempat dilontarkan oleh sahabat Hery Haryanto Azumi. Menurutnya, paradigma yang baik adalah paradigma yang mampu menjadikan sejarah sebagai bahan penyusun yang dipadukan dengan kenyataan hari ini. Bahwa sejarah itu menyimpan masa lalu yang telah menyusun masa kini dan masa depan. Jadi, dengan mengkombinasikan sejarah dengan real-life hari ini, kita akan mampu membaca kenyataan secara benar sehingga kita tidak akan terjebak dalam kenyataan mediatik yang manipulatif dan menyesatkan. Dengan selalu berangkat dari kenyataan real, kita akan mampu menangkap struktur apa yang saat ini sedang bergerak dan gerakan yang kita jalankan akan mampu memutus roda-gila peradaban yang hegemonik. Namun sekali lagi PMII harus tetap memikirkan skill individu kader yang harus dipersiapkan dengan baik. Untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada tersebut PMII Kota surakarta akan mengadakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) sebagai bentuk kesunggguhan kami dalam menjalankan misi organisasi yang terangkum dalam tiga pilar utama, yakni misi kemahasiswaan, keislaman dan ke-Indonesiaan. Secara garis besar kegiatan diharapkan akan mampu membekali kader tentang bagaimana seharusnya cara pandang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang multikompleks ini ditengah pusaran arus dunia yang begitu kuat mencengkeram bangsa kita hari ini. Selanjutnya strategi gerakan seperti apa yang tepat bagi gerakan mahasiswa di tengah pertarungan wacana yang sedang berkembang. Pemahaman tentang keislaman secara utuh akan mengasah ketajaman pikiran dalam ruang keberagaman di Indonesia dan ketajaman batiniah dan keimanan kader. Diakhir materi kader akan di ajak untuk memahami bagaimana melakukan advokasi anggaran sebagai salah satu skill kader untuk menunjang perjuangan pergerakan dalam masyarakat.
More aboutMembaca Paradigma Gerakan

(T) ERORISME DALAM GERAKAN ISLAM

Diposting oleh Perisai Jateng on Rabu, 05 Agustus 2009

Oleh: Irfan Rosyadi 
Baru-baru ini kita kembali kita dikagetkan oleh aksi terorisme pengeboman dua hotel Internasional di Mega Kuningan Jakarta yang juga disertai penangkapan tersangka teroris dan penemuan bahan peledak serta persenjataan di bebrbagai daerah Jawa Tengah, Sebagaimana teroris yang sudah tertangkap terdahulu seperti pelaku Bom Bali, kerusuhan di Poso dan serta penggrebekan di Temanggung,Wonosobo, dan Cilacap tersangka memiliki latarbelakang sebagai aktivis gerakan Islam. Pihak kepolisian juga mengaitkan tersangka dengan jaringan teroris Jemaah Islamiyah (JI). Kematian gembong teroris internasional Dr. Azahari serta tertangkapnya beberapa orang kaki tangan Noordin Moh. Top di Indonesia, menegaskan, terorisme dengan mengatasnamakan agama bukan lagi hal yang maya namun hadir secara nyata dalam kehidupan kita. Terorisme juga tidak lagi berada di ujung belahan dunia sana tapi justru sangat dekat. Saat ini, siapapun tidak akan dapat menyangkal keberadaan jaringan terorisme internasional dan gerakan fundamentalisme Islam di Indonesia. Maemunah Sa’diyah sebagaimana dikutip dari islamlib.com mengemukakan ada tiga sebab yang menjadi latarbelakang munculnya terorisme dari kalangan Islam, yaitu; pertama, terdapat konspirasi besar yang ingin menghancurkan Islam dari dalam. Kedua, terdapat teks-teks dalam Al-Quran dan hadis yang dijadikan sandaran atau dapat dikatakan menganjurkan umat Islam untuk melakukan kekerasan. Ketiga, ada yang salah dalam proses pendidikan kita sehingga berpeluang melahirkan agen-agen teroris. Dalam konteks pendidikan menurut Sa’diyah, permasalahan utamanya terlelak pada proses pembelajaran. Metodologi yang dilakukan selama ini, menurutnya, lebih kepada kognitif minded bukan implementatif minded, sehingga aspek afeksi dari nilai-nilai agama nyaris tidak tersentuh ditambah lagi dengan waktu belajar agama yang sangat singkat. Hal inilah yang mungkin menjadi celah bagi masuknya pengaruh-pengaruh yang mengatasnamakan Islam tanpa mengalami proses filterisasi terlebih dahulu. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia merupakan lahan subur bagi persemaian gerakan fundamentalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam. Sejalan dengan keterbukaan politik, berbagai kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam mulai bermunculan. Isu yang sering dijadikan tema propaganda adalah perlawanan terhadap dominasi negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Situasi itu nampaknya sejalan dengan pemikiran Samuel Hungtinton. Beranjak dari sejarah konflik ideologi dan proyeksi di masa depan, Hungtinton mengemukakan, konflik-konflik yang terjadi pada saat ini dan masa yang akan datang akan berbasis pada akar-akar budaya yang membentuk peradaban manusia. Dalam istilah Hungtinton, konflik itu disebut sebagai the clash of civilization (benturan peradaban). Lebih terfokus lagi, yang akan terjadi adalah konflik antara kapitalisme global dengan Islam. Namun dalam konteks Indonesia, tesis Hungtinton itu perlu diuji lebih mendalam terutama dalam pemaknaan Islam sebagai lawan kapitalisme. Dalam kenyataannya, kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam tidak selalu mencerminkan struktur gerakan politik maupun ajaran Islam secara keseluruhan. Matinya gerakan politik Islam yang terepresentasikan dalam partai politik maupun organisasi kemasyarakatan memberikan andil bagi lahirnya gerakan baru yang oleh para pengikutnya dianggap lebih progresif dalam perjuangan mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam. Fundamentalisme dan terorisme di kalangan organisasi Islam merupakan wujud gerakan baru itu. Jaringan gerakan ini sangat luas, bahkan terintegrasi dengan jaringan terorisme internasional. Aktifitas yang dibangun melalui gerakan bawah tanah menyebabkan gerakan ini sulit terdeteksi. Pernyataan perang dari pemerintah terhadap terorisme tidak menyurutkan gerakan ini untuk terus melancarkan aktifitasnya serta melahirkan pengikut baru. Sasaran rekrutmennya adalah masyarakat pedesaan yang tidak memiliki jenjang pendidikan tinggi serta latarbelakang sosial ekonomi yang rendah sehingga mudah diindoktrinasi dengan mengatasnamakan pangilan Tuhan. Situasi itu seharusnya perlu disikapi secara serius, terutama oleh para pemuka agama Islam. Sebenarnya merunut pada sejarah, peran dan kontribusi umat Islam terhadap bangsa ini tidak kecil. Selain melakukan penyadaran dalam hal spiritualitas, gerakan Islam merambah bidang ekonomi dan politik. Tokoh-tokoh Islam banyak mewarnai pergolakan perlawanan terhadap kolonialisme-imperialisme sejak masa VOC sampai penjajahan Jepang. Kekuatan politik Islam melalui Serikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam (SI), merupakan salah satu pelopor pergerakan politik modern di masa penjajahan. Namun tidak dapat dipungkiri, pergerakan politik Islam selalu kandas dalam pencapaian cita-cita politik. Dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta merupakan awal kekalahan politik secara monumental dari golongan nasionalis sekuler tentang perdebatan mengenai dasar negara. Kekalahan itu pun terulang lagi di Badan Konstituante yang kemudian secara kontroversial dibubarkan oleh Bung Karno melalui dekrit presiden 5 Juli 1959. Sebagai catatan besar, sejak masa kemerdekaan sampai sekarang, pemenang pemilu dan pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di Indonesia tetap di tangan kelompok nasionalis sekuler. Hal yang ironis, Islam sebagai agama dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, namun sebagai kekuatan politik tetap tidak pernah memperoleh dukungan mutlak dari seluruh pemeluknya. Selain konflik tradisional versus kelompok nasionalis sekuler, perpecahan merupakan salah satu karakter dalam gerakan politik Islam. Di masa Orba, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai hasil fusi dari partai-partai Islam, dalam perjalanan politiknya selalu dipenuhi dengan intrik dan konflik antar unsur. Perseteruan antara dua unsur terbesar, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muslimin Indonesia (MI) mewarnai keseluruhan kehidupan partai. Persatuan nampaknya sangat jauh dari “kosa kata” kekuatan politik Islam. Tumbangnya rezim Soeharto, membuka kesempatan bagi kekuatan-kekuatan politik Islam untuk muncul kembali dalam panggung politik Indonesia. Politisi Islam, sebagian besar mencoba melakukan peruntungan politik dengan memanfaatkan sentimen dan romantisme masa silam, terlihat dari pendirian beragam partai yang dapat dikaitkan dengan partai-partai Islam. Perolehan suara partai-partai Islam dalam pemilu 1999,2004 maupun yang baru saja selesai pemuilu 2009, sangat jauh dari harapan. Hanya beberapa partai berazaskan Islam yang berhasil memperoleh kursi DPR dalam jumlah yang cukup signifikan. Beberapa hal yang menjadi penyebab mandulnya gerakan politik Islam, antara lain; Pertama, perbedaan pemahaman dalam teks keagamaan yang menjadi pijakan langkah organisasi dan perilaku sosial para aktivisnya. Perbedaaan itu merupakan masalah sensitif bagi masing-masing umat di lapisan bawah dan berpotensi sebagai sumber konflik. Ironisnya, seringkali perbedaan itu justru dipolitisir untuk kepentingan-kepentingan pragmatis dan sesaat. Kedua, agama lebih sering ditempatkan sebagai legitimasi kebijakan organisasi yang kadang-kadang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai normatif dalam agama itu. Peran agama dalam partai-partai Islam tereduksi sebatas komoditas politik belaka. Ketiga, kesenjangan yang sangat lebar antara perilaku politik elite partai dengan realitas sosial massa rakyat. Para pimpinan menekankan, kesetiaan kepada personal elite partai merupakan bagian dari kelengkapan kepercayaan secara teologis. Pada akhirnya, kesetiaan politik yang terbangun di kalangan pendukung tradisional partai-partai Islam, lebih banyak tertuju kepada elite partai dari pada institusi. Di sisi lain, hasil akhir perjuangan mewujudkan kesejahteraan umat, hanya dinikmati segelintir elite partai dan elite organisasi keagamaan. Umat, tetap dianggap sebagai angka statistik anonim dan cukup diberi imbal balik dengan ilusi teologis yang abstrak seperti, amal pahala, surga dan ilusi teologis lainnya. Keempat, budaya politik feodal. Dalam struktur sosial keagamaan, peran kyai atau ulama menduduki posisi sentral. Sentralisme figur ulama itu diperkuat dengan legitimasi teologis sebagai pewaris ajaran nabi dan pemilik otoritas keagamaan yang harus dipatuhi umat. Kesetiaan tanpa reserve kepada ulama membuahkan kultur feodal, anti kritik dan tentunya ademokratis. Oleh karena itu, umat Islam seharusnya dapat belajar pada pengalaman dan fenomena tersebut. Kemandulan dalam gerakan politik Islam harus dijawab dengan melahirkan gerakan baru yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan umat. Gerakan itu harus berorientasi pada kerja-kerja politik untuk pembaruan, kenyamanan sosial serta kesejahteraan bagi umat dan bangsa. Hanya dengan jalan itu, fundamentalisme dan terorisme di kalangan Islam dapat diberantas. wallahu'aklam bisowab.....(earf)
More about(T) ERORISME DALAM GERAKAN ISLAM