Membaca Paradigma Gerakan

Diposting oleh admin on Jumat, 14 Agustus 2009

oleh Muhammad Rofik,
Ketum PMII Solo Indonesia adalah Negara yang memiliki keragaman budaya yang begitu luar biasa banyaknya. Disatu sisi ini adalah sebuah kebanggaan bagi bangsa ini, namun disisi yang lain ini juga bisa menjadi ancaman perpecahan jika segenap elemen bangsa ini tidak memiliki satu pemahaman yang utuh tentang bangsanya sendiri. Menjelang hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke 64 ini PMII Cabang Kota Surakarta mencoba untuk melakukan refleksi bersama mengenai keberlangsungan bangsa ini. Selain sebagai proses penanaman pemahaman yang utuh tentang bangsanya sendiri PMII Cabang Kota Surakarta juga berupaya agar mampu memberikan peran yang maksimal bagi pembangunan bangsa kedepan.   Selain itu berbicara tentang kekayaan alam Indonesia selalu mendapatkan peringkat yang cukup disegani diseluruh dunia. Sebagai contoh, Indonesia adalah penghasil biji-bijian terbesar no 6, penghasil teh terbesar no 6, penghasil kopi no 4, penghasil cokelat no 3, penghasil minyak sawit (CPO) no 2, penghasil lada putih no 1, lada hitam no 2; penghasil puli dari buah pala no 1, penghasil karet alam no 2, penghasil karet sintetik no 4, penghasil kayu lapis no 1, penghasil ikan no 6 di dunia. Di sektor migas, Indonesia termasuk dalam jajaran 20 besar negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia. Tahun 2005 Indonesia adalah produsen gas alam terbesar dibandingkan dengan seluruh negara di Asia Oceania, Aprika, (2.606 Trilion Cubic Feet), dan termasuk dalam 10 Negara penghasil gas terbesar di dunia (Rusia, US, Canada, Iran, Algeria, UK, Norway, Montenegro, Netherlands, Indonesia). Data lainnya menyebutkan bahwa Tahun 2008, Indonesia berada pada urutan 7 negara eksporter gas terbesar di dunia. Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan yang sampai hari ini masih menjadi teka-teki mengapa masih saja bangsa ini hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam hal ini PMII selalu memposisikan diri sebagai habitat global. PMII memahami bahwa Indonesia sebagai warga habitat global. Diyakini bahwa kondisi yang terpaksa dihadapi oleh masyarakat kita hari ini tidak lepas karena pengaruh pertarungan negara-negara besar dunia yang tengah mencengkeram bangsa kita hari ini. Untuk itu pengkaderan PMII senantiasa mengarahkan kader untuk mampu memposisikan diri secara cepat dan tepat. Pengkaderan PMII berorientasi pada tiga aspek utama, yakni keimanan, pengetahuan dan ketrampilan. Keimanan mendorong kader untuk berani dan tidak mudah tunduk terhadap segala bentuk kemapanan serta ancaman duniawi. Pengetahuan membekali kader untuk mampu hidup dan bergerak sesuai dengan zamannya atau hal ini dikenal baik dengan ungkapan kun ibna zamanika yang artinya jadilah anak zamanmu. Sedangkan skill kader diharapkan mampu menjadi alat untuk survive dalam menghadapi hidup yang penuh dengan kompetisi ini. PMII kini telah menginjak setengah abad berdiri, namun sepertinya PMII harus masih bersabar untuk menjadi sebuah pergerakan yang benar-benar pergerakan. Negeri yang begitu multikompleks dan medan pergerakan yang semakin unpredictable menjadi tantangan yang harus dihadapi sahabat/I PMII. Dalam beberapa kesempatan telah muncul beberapa paradigma yang diharapkan mampu menjadi guideline dalam setiap gerak langkah PMII. Hal ini disebabkan karena paradigma yang ada terlahir tidak lebih dari sebuah reaksi atas realitas sempit pada satu zaman. Paradigma “arus balik masyarakat pinggiran” yang teretus pada zaman sahabat A. Muhaimin Iskandar misalnya, muncul karena dari dominasi pemikiran-pemikiran Gusdur tentang demokrasi dan civil society. Paradigma ini akhirnya hanya menuntun Sahabat/I untuk menjadi oposisi dan Sahabat/I tidak pernah siap untuk menjadi pemain yang baik ketika kesempatan itu ada. Singkat kata, sahabat/I pergerakan hanya mampu menjadi pengkritik yang tidak memiliki banyak tawaran solusi. Paradigma “Kritis Transformatif” muncul setelah paradigma “arus balik masyarakat pinggiran” dirasa sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Paradigma ini diharapkan akan mampu melahirkan kritisme kader dan mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan yang ada. Namun salah satu persoalan di PMII adalah lemahnya basic skill kader. Karena bagaimana taransformatif itu bisa terjadi jika skill kader lemah?. Paradigma terbaru juga sempat dilontarkan oleh sahabat Hery Haryanto Azumi. Menurutnya, paradigma yang baik adalah paradigma yang mampu menjadikan sejarah sebagai bahan penyusun yang dipadukan dengan kenyataan hari ini. Bahwa sejarah itu menyimpan masa lalu yang telah menyusun masa kini dan masa depan. Jadi, dengan mengkombinasikan sejarah dengan real-life hari ini, kita akan mampu membaca kenyataan secara benar sehingga kita tidak akan terjebak dalam kenyataan mediatik yang manipulatif dan menyesatkan. Dengan selalu berangkat dari kenyataan real, kita akan mampu menangkap struktur apa yang saat ini sedang bergerak dan gerakan yang kita jalankan akan mampu memutus roda-gila peradaban yang hegemonik. Namun sekali lagi PMII harus tetap memikirkan skill individu kader yang harus dipersiapkan dengan baik. Untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada tersebut PMII Kota surakarta akan mengadakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) sebagai bentuk kesunggguhan kami dalam menjalankan misi organisasi yang terangkum dalam tiga pilar utama, yakni misi kemahasiswaan, keislaman dan ke-Indonesiaan. Secara garis besar kegiatan diharapkan akan mampu membekali kader tentang bagaimana seharusnya cara pandang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang multikompleks ini ditengah pusaran arus dunia yang begitu kuat mencengkeram bangsa kita hari ini. Selanjutnya strategi gerakan seperti apa yang tepat bagi gerakan mahasiswa di tengah pertarungan wacana yang sedang berkembang. Pemahaman tentang keislaman secara utuh akan mengasah ketajaman pikiran dalam ruang keberagaman di Indonesia dan ketajaman batiniah dan keimanan kader. Diakhir materi kader akan di ajak untuk memahami bagaimana melakukan advokasi anggaran sebagai salah satu skill kader untuk menunjang perjuangan pergerakan dalam masyarakat.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?