Irshad Manji; Reformis kah?

Diposting oleh admin on Selasa, 29 Mei 2012


Seorang Irshad Manji berkebangsaan Kanada. " Dan, di Belanda memang, memiliki banyak kesamaan dengan anggota parlemen Belanda yang berasal dari asal Somalia, bekerja pada sebuah lobi konservatif di AS. Kedua, ia adalah perempuan muda dengan latar belakang Muslim dan tidak sependapat atas ketidakadilan bahwa dalam pandangan Islam, perempuan adalah budak. Selanjutnya bahwa perempuan dianggap sebagai warga kelas dua yang hanya memiliki setengah kesadaran intelektual sebagai manusia. Pandangan tersebut mendapatkan respon serius melalui kritik agresif Islam, 


“Ijtihad yang dijadikan tema utama dalam hidup Irshad Manji sebagai 
muslimah itu memang seharusnya menjadi bagian terpenting dalam 
menjalankan agamanya bagi Ummat Islam. Tapi yang terjadi adalah 
justeru sebaliknya yaitu taqlid (=main telan) terhadap apa yang 
disuapkan oleh orangtua dan masyarakat sekeliling sejak usia kanak- 
kanak atas nama Pendidikan. Pendidikan, yang merupakan bagian dalam 
merealisasikan instink biologis yang bersumber dari Limbic System 
dalam Otak Mammalia di benak kepala Homo sapiens sapiens itu, 
mengandung sifat pemaksaan tak ubahnya praktik brain washing. 
Termasuk pendidikan agama dan moral yang dimulai dari lingkungan di 
dalam rumah itu! Dan selanjutnya tentulah juga pendidikan di 
lingkungan luar rumah, misalnya di sekolah-sekolah. 
  
Lewat pendidikan itulah lahir berbagai macam manusia dengan perangai 
yang aneka rupa, bahkan dalam keanekarupaan itu terdapat pula yang 
saling bertentangan, dan kadangkala pertentangan itu berujung kepada 
kekerasan yang menelan korban nyawa dan harta. 
  
Gandhi yang menentang semua bentuk kekerasan dengan Ahimsa-nya itu 
juga dalam hidupnya mengalami nasib yang sama yaitu harus meniti 
jalur pendidikan yang secara garis besarnya sama dengan itu.. 
  
Irshad Manji juga menjalani nasib yang sama. 
  
Yang menarik adalah, bahwa baik Manji maupun Gandhi tampaknya sama- 
sama menolak nilai-nilai yang dominan dicekokkan atau di-brain- 
washed-kan lewat jalur pendidikan tersebut, dan berhasil menawarkan 
yang berbeda itu. Jelaslah mereka telah dengan berani berfikir bebas 
di luar jalur utama, dan berani mengusung hasil pemikiran tersebut 
ke ranah publik. 
  
Ummat Islam yang memilih jalan Ijtihad adalah mereka yang kembali 
kepada fitrahnya yang biologis, yang terwarisi berupa instink dalam 
Limbic System di Otak Mammalia itu.” 

Sebagai seorang muslim beriman dan provokasi feminis lesbian, Manji dipersonifikasikan terhadap Islam tradisional. Pada tahun 2003 ia menerbitkan bukunya "The Trouble with Islam Today," kritik keras terhadap pelanggaran hak-hak perempuan dan agama minoritas di atas nama Islam. Buku ini adalah buku terlaris dan Manji - sampai saat itu sejumlah televisi coversacion Program Kanada - menjadi populer dalam berbagai perdebatan Barat tentang Islam. Bagi banyak Muslim, pandangan mereka dapat diterima. Manji mengakui bahwa "itu memang dibenci oleh banyak orang yang tidak sependapat" Pada saat yang sama, juga mengatakan menerima banyak dukungan dari umat Islam yang merindukan perubahan, bangkit dari kejumudan dan adanya reformasi dalam islam. terjemahan bahasa Indonesia "Beriman Tanpa Rasa Takut (Tantangan Umat Islam Saat Ini)" menarik dan patut disambut dengan buku (antoloji tulisan?) berjudul "Beriman Tanpa Ada Ancaman Kekerasan" dalam konteks kejadian nyata yang kita saksikan atau alami dalam kehidupan kini. 
Seperti Hirsi Ali, Manji mengatakan bahwa Islam tenggelam dalam krisis yang mengancam untuk menyeret seluruh dunia. Setiap agama memiliki ajaran yang sangat fundamen, menurutnya, Tetapi dalam Islam Obsesi fundamentalis dengan penafsiran tekstual keagamaan yang berasal dari sumbernya adalah, menurut Manji, penyebab akhir dari semua masalah saat ini sekitar Islam. Pola pikir ini menyebabkan, kaum Muslim untuk merasa lebih dari kaum lain, hingga melakukan diskriminasi terhadap perempuan, enggan untuk berdialog dan harus menggunakan kekerasan, bom bunuh diri dan terorisme.

Namun, ada perbedaan yang signifikan antara dua wanita. Hirsi Ali adalah, yang pertama, ia seorang aktivis yang percaya tugas utama untuk membebaskan perempuan Muslim dari tradisi represif dan tidak memihak Barat yang waspada bahaya Islam politik. Hirsi Ali kurang keras dalam menyuarakan/ memperkenalkan pandangan barunya tentang reformasi dalam Islam. Manji, bagaimanapun, jelas muncul sebagai seorang reformis. Kabar baiknya adalah bahwa, penafsiran fundamentalis, tekstualis tidak demokratis dan melenceng dari nilai Islam. Alternatifnya, menurut Manji, terletak pada kebangkitan dari tradisi Muslim berpikir kritis independen atau ijtihad. Tradisi ini mendorong Muslim memahami agama mereka sesuai dengan substansinya dan ditafsirkan lagi sesuai dengan perubahan dan kesejarahan. Tradisi Ijtihad dulu muncul dan digulingkan pada abad kesebelas olehsebagai respon ortodoksi kaku berdasarkan penafsiran tekstual dari sumbernya. Ketidakmampuan saat ini umat Islam untuk berpartisipasi dalam dunia modern ini, menurut Manji, merupakan efek dari faktor eksternal seperti kolonialisme, maupun penindasan cara berfikir independen. 
 Menariknya, permohonan Manji mendukung reformasi radikal adalah sesedikit asli. Panggilan-Nya untuk "membuka kembali gerbang ijtihad" dan pertimbangan bahwa umat Islam bertanggung jawab atas krisis saat ini merupakan bagian dari berbagai pemikiran reformis sejak abad ke-19.

oleh: Ustadzun

{ 2 komentar... read them below or add one }

Anonim mengatakan...

liberalisme berbaju muslim..... jangan campurkan antara ibadah dan kebebasan...

Unknown mengatakan...

itulah usaha membangkitkan dan reformasi islam dalam dunia wacana, hanyalah bangkit dari kejumudan islam dan keterjajahan yang menjadi harapan,...dari manapun datangnya itu....

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?