1. Sewaktu organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa yang dahulu mempunyai hubungan baik dengan ex PARTAI MASUMI, organisasi itu adalah GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), PII (Pelajar Islam Indoenesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sedang mengalami cobaan-cobaan yang maha berat, terutama berasal dari rongrongan PKI dan antek-anteknya, bahkan akhirnya GPII dibubarkan. Atas inisiatif dari Gerakan Pemuda Ansor maka diperlukan satu wadah yang menghimpun organisasi-organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa, organisasi ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa kesetiakawanan khususnya dikalangan pemuda islam. Maka pada tanggal 19-26 Desember 1964 di Jakarta diselenggarakan MUSYAWARAH GENERASI MUDA ISLAM.[1]
Salah satu hasil dari musyawarah itu adalah beberapa pernyataan yang berkenaan dengan usaha penyelamatan dari para peserta musyawarah terutama berkenaan dengan “nasib” HMI yang sedang mengalami cobaan-cobaan berat dari CGMI dan pemerintah Soekarno. Musyawarah ini akhirnya memutuskan dibentuknya federasi organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa islam yang kemudian dikenal dengan nama organisasi GEMUIS (Generasi Muda Islam). Pernyataan dari hasil musyawarah GEMUIS yang berkenaan dengan HMI adalah :
a. HMI bukan onderbow dan tidak pernah mempunyai hubungan organisatoris dengan partai / organisasi manapun.
Keadaan GEMUIS ini ternyata juga banyak bermanfaat terutama bagi HMI sendiri seperti contoh yang dikemukakan dimuka.
Peranan PMII dalam GEMUIS ini cukup besar ketik musyawarah pertama kali dilaksanakan, ketua satu PP PMII sahabat A. Chalid Mawardi dipercayakan menjabat sebagai sekjen panitia musyawarah nasional tersebut. Bahkan dalam struktur kepengurusan GEMUIS PMII dipercayakan untuk menjabat sebagai sekretaris jendral presidium Pusat Generasi Muda Islam. Tidak hanya ditingkat pusat ditingkat-tingkat cabang pun andil PMII dalam memelopori perluasan cabang-cabang GEMUIS juga cukup besar.
2. Organisasi mahasiswa extra Universitas di Indonesia besatu dalam wadah yang bersifat konfederatif, wadah itu dikenal dengan nama PPMI (Perhimpunan Pergerakan Mahasiswa Indonesia). PMII sendiri telah masuk dalam wadah PPMI ini sejak tahun 1960, seperti pada tanggal 14 Desember 1960 PP PMII mengirimkan surat permintaan menjadi anggota PMII dan secara aklamasi presidium pusat PMII menerima permintaan PMII ini, PMII ini sangat berperan dalam kehidupan kemahasiswaan di Indonesia, barang kali pula karena kepesatan perkembangan PMII sendiri maka lima tahun kemudian tepatnya pada tahun 1965 PMII ditawari jabatan sekretaris jendral presidium Pusat PMII. Katika tawaran itu disodorkan PMII tidak langsung menerimannya tetapi PMII menuntut agar organisasi itu terlebih dahulu mengadakan kongres sebab PMII beranggapan agar ada perubahan-perubahan structural dalam PMII karena berkeyakinan selama ini PMII ini terlalu didominir organisasi-organisasi mahasiswa yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan masa ang cukup berarti. Juga PMII sangat menyesalkan sikap presidium pusat PMII yag bertindak mengeluarkan HMI dari organisasi tersebut.
Sebagai anggota aktif PMII, PMII telah pula melibatkan diri dalam aneka ragam kegiatan kemahasiswaan baik yang bersifat nasional maupun internasional, kegiatan-kegiatan itu antara lain:
a. Pada tanggal 30 Maret-6 April 1965 di Cairo diadakan Seminar internasional masalah Palestina, panitia seminar ini dipegang oleh organisasi mahasiswa Palestina atau General Union of Palestine Student (GUPS). Dalam seminar tersbut utusan PMII atas nama PMII hadir sahabat Chatibul Umam dan hadir pula sahabat H. Mahbub Junaedi (ketua umum PP PMII) ini hadir atas nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), hadir pula dalam seminar tersebut anggota PMII yang lain, yakni sahabat Habibullah Azhari atas nama Persauan Wartawan Asia Afrika.[3]
Keberadaan PMII sebagai organisasi yang menghimpun wadah organisasi extra Universitas tidak dapat dilangsungkan. Hal ini dikarenakan PMII terlalu terlibat dalam kegiatan politik dan kepengurusan PMII terlalu didominir oleh organisasi-organisasi mahasiswa yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan masa yang cukup berarti. Tindakan PMII cukup sangat gegabah yakni mengeluarkan HMI dari keanggotaannya. Ini juga berakibat fatal dikarenakan HMI mempunyai kekuatan masa yang sangat banyak dan didukung pula oleh solidaritas organisasi mahasiswa islam yang lain seperti PMII, SEMI (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia, organisasi mahasiswa yang beranderbow pada partai Islam PERTI) dan HIMMAH (himpunan Mahasiswa Alwasliyah organisasi yang beranderbow pada jamiyatul wasliyah). Organisasi-organisasi ini membela mati-matian HMI dalam forum PMII. Akhirnya ketika terjadi pemberontakan PKI nasib PMII ditinggalkan oleh organisasi mahasiswa hal ini dikarenakan sebagian besar pengurus PMII terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa pemberontakan tersebut.
3. Sebagai kelanjutan dari konferensi islam Asia Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 6-12 Maret 1965 di Bandung itu maka dibentuklah satu wadah yang menghimpun umat islam se Asia Afrika dan dikenal dengan nama OIAA (Organisasi Islam Asia Afrika). Badan dunia ini dikatuai oleh Bapak KH. Ahmad Syaehu (waktu itu Bapak KH. Amad Syaebu menjabat sebagai ketua PBNU, pen). Dalam struktur organisasi OIAA ini ada bagian yag mengurus mahasiswa bagian ini dikenal dengan nama “Biro Mahasiswa OIAA”. Pada iro Mahasiswa OIAA inilah PMII berperan sangat aktif dengan menjabat sebagai ketua Biro Mahasiswa tersebut, wakil PMII itu sahabat Drs. Abdurahman Saleh dan sahabat Siddiq Muhtadi BA masing masing selaku ketua dan sekretaris organisasi Biro Mahasiswa OIAA.[4]
4. Organisasi extra Universitas sedunia juga menghimpun diri dalam satu wadah konfederatif yang dikenal dengan nama WAY (Word Asembly of Yoeth). Dalam organisasi mahasiswa dunia ini PMII diwakili oleh sahabat Muslih Hasbullah yang kemudian digant oleh sahabat Drs. Umar Basalib. Adapun beberapa kegiatan yang dapat diikuti PMII dalam forum WAY adalah sebagai berikut :
a. Ledership Training di India yang diikuti oleh sahabat Drs. Umar Basalib
b. Seminar pemuda dan family Planing di Jakarta yang diikuti oleh sahabat dr. Pahmi Ja’far dan sahabat Wahab Zaelani Bsc (ketua PMII wilayah Jawa Tengah)
c. Ledership Training di Pasar Minggu Jakarta yang diikuti oleh sahabat Joko Purwanto (ketua LPKP PMII)
d. Seminar Famili Training di Malang yang diikuti oleh sahabat H. Zaeni Abdus Sakur serta beberapa diskusi lainnya yang diselenggarakan oleh WAY.[5]
5. Sebagai organisasi yang menghimpun orang muda, PMII juga punya minat dalam aktifitas keolahragaan maka tidaklah heran apabila dalam struktur organisasi PMII dari tingkatan Pucuk Pimpinan sampai pengurus Komisariat ada badan khusus yang menangani masalah keolahragaan ini. Salah satu kegiatan olah raga yang bersifat nasional adalah diselenggarakannya “pecan olah raga dan pelajar dan mahasiswa NU”. Pekan olah raga dan seni ini untuk pertama kali dilaksanakan bersamaan dengan training course I PMII di Ponorogo tahun 1962 dan juga ketika dilaksanakannya kongres PMII II tahun 1964 di Jogjakarta. Untuk mengatur kegiatan keolahragaan ini sesuai dengan hasil MUKERNAS II PMII di Semarang maka dikeluarkanlah surat keputusan PP PMII Nomor 298/PP-IV/SK-29/V-1968 tertanggal Jakarta 28 Mei 1968 tentang petunjuk penyelenggaraan olahraga.
Dalam kegiatan keolahragaan nasional ada badan khusus yang menangani kegiatan ini dikalangan mahasiswa. Badan itu adalah badan keolahragaan mahasiswa Indonesia (BKMI). Aktifitas-aktifitas yang perna diikuti PMII dalam badan olahraga ini antara lain :
- Musyawarah Nasional BKMI di Jakarta
- Pekan Olahraga Mahasiswa VIII di Makasar
Sedangkan wakil PMII dalam BKMI adalah sahabat Maisuri Abdulah, sahabati cucu Surapati dan sahabat Saeful Masykur.[6]
6. Wadah-wadah gabungan organisasi generasi muda islam pada umumnya tidak berumur panjang tetapi saling patah tumbuh hilang berganti, hal ini pada umumnya diakibatkan karena egoism dari masing-masing organisasi mahasiswa islam sendiri. Dalam sejarahnya wadah federasi itu pernah ada untuk pertama kalinya adala PERPOSI (Perserikatan Pemuda Islam Indonesia) setelah organisasi ini tidak aktif kemudian muncul Persekutuan Perhimpunan Mahasiswa Islam (PPMI) dan akhirnya juga wadah ini tidak bertahan lama. Pada akhir 1964 lahir pula wadah pengganti yakni GEMUIS (Generasi Muda Islam) kembal wadah perserikatan ini juga tidak bertahan lama. Maka untuk mengatasi kekosongan yang diakibatkan tidak aktifnya GEMUIS, maka pada bulan Juni 1968 PMII menyeponsori berdirinya Persatuan Mahasiswa dan Pelajar Indonesia (PMPI). Organisasi ini dibentuk dengan tujuan antara lain : sebagai wadah penyaluran kehendak dari gabungan potensi pemuda pelajar dan mahasiswa islam dengan penitik beratkan bidang kehidupan agama dan solidaritas umat islam.
Beberapa kegiatan yang telah berhasil adalah :
- Mengkoordinasi usaha-usaha yang merupakan tindak lanjut dari konferensi umat islam Asia Afrika.
- Bantuan terhadap pengungsi Palestina baik moral maupun material.
- Demonstrasi (protes terhadap kedatangan Kaisar Haile Selasie, Kepala Negara Etiopia) yang pada waktu itu amat menindas umat islam.
- Dan usaha-usaha lain yang kompak dan terpadu sesame generasi muda islam dalam menghadapi Gerakan Kristenisasi terutama di daerah pedalaman Luar Jawa dan penggarapan bekas anggota PKI.
Adapun person PMII yang duduk dalam wadah PMII adalah sahabat Drs. Abduh Padare dan sahabat ini dipercaya sebagai ketua organisasi tersebut.[7]
7. PMII juga tidak ketinggalan dalam penanganan masalah kesehatan bahkan pernah dilaksanakan angket kesehatan diseluruh Indonesia pada tahun 1965. Kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kesehatan banyak dilaksanakan apabila PMII sedang mengadakan pengabdian masyarakat didesa-desa. Kegiatan tersebut biasana berbentuk pengobatan missal, khitanan dan penyuluhan tentang kesehatan dan kebersihan. Bahkan di PMII cabang Surakarta pernah mempunyai satu Biro Kesehatan dengan membuka 6 klinik pengobatan yang ditangani oleh 19 orang mahasiswa kedokteran tingkat akhir (Drs. Med).
Salah satu badan organisasi kemahasiswaan yang bekecimpung dalam masalah kesehatan adalah Word University Service (WUS). Dalam organisasi kesehatan internasional yang berkecimpung di dunia kemahasiswaan ini, PMII diwakili oleh sahabat dr. Fahmi Ja’far. Adapun kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti antara lain : Konferensi Nasional Kesehatan Mahasiswa Indonesia di Puncak Bogor.[8]
8. Dalam rangka untuk memupuk ukhuwah islamiyah terutama dikalangan generasi muda islam maka pada tanggal 14 Januari 1968 organisasi-organisasi mahasiswa islam mengeluarkan satu kebulatan tekad yang berbuyi :
- Bahwa kami mahasiswa islam bertekad bulat untuk membina / menciptakan kerja sama yang sebaik-baiknya, baik dipusat aupun di daerah dera serta menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dengan penuh semangat ukhuwah islamiyah.
- Bahwa kami ormas-ormas mahasiswa islam, berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk memelopori persatuan dan kesatuan umat islam dalam rangka mewujudkan Konsensus bersama dalam persatuan nasional.
- Mennginstruksikan kepada seluruh Slagordo organisasi masing-masing untuk melaksanakan seluruh isi dan jiwa kebulatan tekad ini dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap Allah SWT. serta memohon Taufik dan hidayahnya.
Pernyataan kebulatan tekad itu ditandatangani oleh pucuk pimpinan pergerakan mahasiswa islam Indonesia (Sekretaris PP PMII-Shiddiq Muhtadi, BA), Dewan Pimpinan Pusat Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia, DPP SEMI (Drs. Yunus Rahman), pengurus Besar kesatuan Mahasiswa Islam, PB PMII (Iskandar Sarumala), Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, PB HMI (Mar’I Muhamad), Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, DPP IMM (Muhamah Jasman dan) Pucuk Pimpinan Himpunan Mahasiswa Al Wasliyah, PP HIMMAH (Muchtar HN).
9. Sepenjang sejarah nasional, peranan pemuda dalam penumbuhan dan penegakan kesadaran berbangsa dan bernegara teramat besar, bahkan boleh dikatakan tidak ada saat-saat yang lowong bagi generasi muda Indonesia untuk selalu tampil kedepan memimpin bangsanya agar tetap menjadi bangsa yang terhormat dan berwibawa. Gerakan penumbuhan dan penegakan kesadaran berbangsa dan bernegara ini untuk pertaa kalinya lahir ketika mahasiswa kedokteran STOFIA JAKARTA membentuk organisasi Budi Utomo tahun 1908. Maka organisasi atau kelompok pemuda ini sering dinamakan angkatan perintis. Gerakan penumbuhan kesadaran berbangsa dan bernegara ini makin meningkat terutama setelah lahirnya berbagai macam organisasi pemuda baik yang bersifat keagamaan maupun kedaerahan seperti Trikoro Darmo, Yong Sumatra, Bond, Yong Sulawesi, Yong Maluku, Yong Islameten Bond serta banyak lagi organisasi pemuda dan mahasiswa yang lainnya. Para pemuda ini adalah orang yang pertama kali sadar akan perlunya rasa persatuan dan kesatuan sebagai langkah awal dari penumbuhan kesadaran berbangsa dan bernegara. Akhirnya mereka merasa yakin bahwasanya tanpa adanya rasa persatuan dan kesatuan tidak akan mungkin tercipta satu bangsa yang besar dan tumbuhnya pernyataan rasa kesatuan dan persatuan itu terikrarkan dalam acara kongres Pemuda ke II tanggal 28 Oktober 1928. Ikrar mereka dikenal dengan nama SUMPAH PEMUDA imana mereka menegaskan bahwasanya mereka hanya mempunyai satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air yakni Indonesia. Oleh karena itu sering kelompok ini dinamakan sebagai angkatan penegas atau angkatan 28.
Penegasan rasa berbangsa dan bernegara tidak akan banyak artinya kalau secara de facto tanah air dan bangsa Indonesia masih berada dibawah kekuasaan bangsa asing. Oleh karena itu setelah menyelami perjuangan dalam rangka membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan maka terdbraklah blenggu penjajahan itu pada tanggal 17 Agustus 1945. Generasi muda yang terlibat dalam pencapaian Proklamasi Kemerdekaan ini dikenal oleh sejarah dengan sebutan angkatan pendobrak atau angkatan 45.
Setelah bangsa Indonesia merdeka peranan generasi muda dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan juga sangat besar, terutama pada saat terjadinya perang kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan 1950. Dimana mana lahir tentara pejuang yang sebagian besar terdiri dari generasi muda pelajar dan mahasiswa. Setelah perang kemerdekaan usai, generasi muda tergabung dalam berbagai organisasi baik yang bersifat pelajar, pemuda maupun mahasiswa. Pada umumny pula organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa menjadi onderbow partai politik atau organisasi masa yang lain. Iklim politik yang dikembangkan oleh pemerintah pada waktu itu menjadikan pula generasi muda sebagai orang muda cukup matang dalm politik. Mereka tumbuh sebagai orang muda yang berjiwa ktritis, dan berani menyuarakan aspirasi generasiny maupun aspirasi rakyat pada umumnya.
Pada tahun 1965 PKI melakukan kudeta gerakan PKI ini dikenal dengan nama Gerkan tiga puluh September (G 30 S PKI). PKI yang sejak tahun 1920 memang sudah berusaha untuk menguasai Indonesia tetapi waktu itu menmui kegagalan (ketika terjadi pemberontakan PKI melawan pemerintah Hindia Belanda). Kemudian pada jaman kemerdekaan PKI juga pernah mencoba merebut kekuasaan dngan melakukan pemberontakan di Madiun pada tahun 1948. Usaha ini pula menemui kegagalan. PKI memang tidak pernah berputus asa, gerakan-gerakannya patah tumbuh hilang berganti, dan karena memang sistem politik yang dikembangkan pad waktu itu (Demokrasi Liberal) PKI dimungkinkan hidup kembali, dan akhirnya keluar sebagai 4 besar dalam pemilu 1955. Keberhasilan PKI ini dilanjutkan dengan gerakan pengembangan diri mereka dengan menyusupkan ativis-aktivis PKI pada segenap lapisan masyarakat baik ABRI maupun Sipil. PKI juga mengadakan gerakan-gerakan penumpasan tindak langsung terhadap lawan-lawan politiknya, terutama dikalangan generasi muda (islam) PKI merongrong dengan keras Organisasi Pelajar (PPI) organisasi mahasiswa (HMI) dan organisasi pemuda (GPII).
Setelah merasa dirinya kuat dan PKI mampu merangkul presiden Soekarno maka dilaksanakanlah perebutan kekuasaan tersebut dengan gerakan puncaknya menculik jendral-jendral angkatan Darat dan membunuhnya secara bidab diLubang Buaya. Tindakan PKI yang sangat kejam itu ternyata tidak mendapat perhatian yang semestinya dari presiden Soekarno, bahkan dalam kesempatan-kesemptan pidatonya beliau masih sempat memuji-muji PKI yang paling revolusioner.Melihat kenyataan yang seperti itu ditambah lagi dengan kekalutan situasi ekonomi dimana harga-harg naik sampi dengan 600% maka rakyat sangat tidak puas terhadap kebijaksanaan Sukarno. Lebih-lebih setelah lembaga legislatif yang merupakan tumpuan harapan rakyat tidak mampu menyalurkan aspirasi para pengikutnya.
Generasi muda yang selalu tampinl ke depan dalam sejarah perjuangan bangsa melihat kenyataan yang sedemikian rupa ini, terggahlah hatinya untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan membela rakyt yang tertindas. Mereka turun ke jalan-jalan dan tampil dengan semboyan Tri Tura (Tri tuntutan hati nurani rakyat; bubarkan PKI beserta antek-anteknya, Ritul menteri-menteri yang goblok dn turunkan harga beras). Gerakn untuk pembubaran PKI ini tumbuh bagaikan jamur di musim hujan dikalangan mahasiswa lahir organisasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dikalangan pelajar muncul KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia); dikalangan pemuda tumbuh KAPI (Kesatuan Aksi Pamuda Indonesia). Organisasi – organisasi kestuan aksi juga lahir dari kalangan profesi guru, buruh, sarjana, kaum wanita dan masih banyak lagi.
Menghadapi gerakan genrsi muda ini pemerintah tidak mengambil kebijaksanaan yang tepat malah menghadapinya dengan kekerasan maka bergugurlah korban-korban dikalangan generasi muda yang sangat terkenl sebagai tumbal generasi muda adalah Arif Rahman Hakim. Dan untuk mengenang semangat Arif Rahman Hakim maka di Jakarta lahirlah satu wadah perjuangan yang ingin meneruskan perjuangannya wadah itu dinamakan laskar Arif Rahman Hakim. Gelombang protes terhadap pemerintah makin bertambah besar dan PMII pun yang pada waktu itu merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang cukup besar sangat berperan aktif dalm memimpin KAMI. Bahkan ketua PB PMII sahabat Zamroni pernah dipercaya untuk menjabat ketua umum presidium KAMI. Peranan dan kepeloporan PMII dalam kegiatan-kegiatan KAMI juga merata sampai kedaerah-daerah, hal ini dimungkinkan karena pada waktu itu PMII sebagai anak partai NU dan partai NU merupakan partai yang terbesar pada tahun-tahun itu. Situasi akhirnya dapat terselesaikan setelah presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1967 di istana Bogor menyerahkan wewenang kepada Letjen Soeharto agar turun tangan menentramkan situasi. Penyterahan wewenang itu dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR). Dengan supersemarlah akhirnya Latjen Soeharto bertindak membubarkan PKI beserta antek-anteknya, mengadili dan menangkap areka yang terllibat dalam pemberontakan tersebut serta mengadakan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang keterlibatan dan keamanan rakyat.
Dengan turunnya SUPERSEMAR maka sebagian dari tuntutan KAMI telah terlaksana kini organisasi itu kembali seperti sedia kala yakni menghimpun organisasi-organisasi extra universitas dan organisasi intra universitas tetapi nampaknya rasa persatuan dan kesatuan dalam tubuh KAMI makin rapuh hal ini diakibatkan oleh beberapa hal :
- Sebagian besar dari aktifis KAMI telah sampai mencapai derajad kesarjanaannya sehingga mereka tidak lagi aktif memimpin organisasi mahasiswa, para pengganti pengurus organisasi mahasiswa ini tidak saling mengenal dalam tubuh KAMI hal ini berbeda dengan para senior-seniornya yang terhimpun dalam wadah KAMI dan mereka selalu bersaama-sama ketika melakukan gerakan AKSI dulu.
- KAMI sebagai satu gerakan aksi tidak mampu menyuguhkan satu program yang jelas dan berkesinambungan.
- Secara obyektif juga generasi muda mengalami kelelahan fisik dan mental setelah dalam tahun-tahun akhir 1965 sampai 1967 turun ke jalan berdemonstrasi.[9]
Usaha-usaha untuk melestarikan wadah KAMI tetap dilaksanakan bahkan PMII sendiri sebagai organisasi yang dipercaya menduduki ketua presidium KAMI pusat tetap berusaha mempertahankan eksistensi KAMI dengan berprinsip beberapa hal :
- Pada dasarnya KAMI harus dipertahankan eksistensinya.
- KAMI harus mampu mendorong terbentuknya organisasi nasional mahasiswa Indonesia multi fungsi, yaitu :
a. Pengembang kreasi dibidang pengetrapan ilmu dan sistem. Grup-grup valuntir akan bisa lahir dari aktifitas demikian itu.
b. Sebagai moral force yang faham akan ilmu politik dan tahu politik praktis. Diharapkan dinamikanya akan mampu selalu memurnikan strategi nasional dan tujuan perjuangan nasional. Militansinya akan merupakan pendobrak kebatilan dalam segenap bentuknya.
c. Pengembang usaha-usaha keamanan diberbagai bidang, fisik dan spiritual terutama terhadap ancaman combeceknya PKI dan Orde Lama.[10]
Upaya untuk melanggengkan eksiostensi KAMI ini diadakan dengan pelaksanaan rapat kerja KAMI pusat yang berlangsung pada tanggal 2 sampai dengan 6 Juni 1967 di Ciawi Bogor . Tetapi hasil rapat kerja itu tidak mampu melanggengkan eksistensi KAMI bahkan beberapa anggota organisasi KAMI yakni SOMA (Serikat Organisasi Mahasiswa Lokal, gabungan organisasi kedaerahan) dan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) serta dewan mahasiswa Institut Teknologi Bandung mereka menyatakan keluar dari KAMI. Akhirnya usaha-usaha untuk melanggengkan KAMI ini tetap menemui kegagalan dan bahkan berkelanjut pada usaha pemerintah untuk menghimpun wadah generasi muda yang kelak kemudian hari dikenal dengan KNPI.
Kendatipun demikian PMII tetap berusaha mempertahankan eksistensi KAMI itu sampai detik-detik terakhir dalam usaha mempertahankan eksistensi KAMI PMII berprinsip pada beberapa hal :
a. Pada dasarnya KAMI harus dipertahankan eksistensinya.
b. KAMI harus mampu mendorong terbentuknya organisasi nasional mahasiswa Indonesia yang mempunyai berbagai fungsi, yaitu :
- Pengembang kreasi dibidang pengetrapan ilmu dan sistem.
- Sebagai moral force yang faham akan ilmu politik dan tahu politik praktis. Diharapkan dinamikanya akan mampu selalu memurnikan strategi nasional dan tujuan perjuangan nasional.
- Mengembangkan usaha-usaha keamanan diberbagai bidang, fisik dan spiritual terutama terhadap ancaman combeceknya PKI dan Orde Lama
c. Sebagai partisipan kongres adalah (maksudnya PMII menginginkan lahirnya wadah kongres nasional mahasiswa indonesia termasuk yang tergolong dalam wadah “swasta”. Perimbangan dalam KMNI (Kongres nasional mahasiswa indonesia) kira-kira jumlah organisasi extra universitas sama dengan jumlah dengan delegasi organisasi intra universitas.[11]
Demikianlah peranan PMII sebagai organisasi pemuda mahasiswa dalam forum kepemudaan dan kemahasiswaan baik yang berskala nasional maupun internasional dan peranan ini juga merupakan kontribusi PMII sebagai organisasi pembinaan pengembangan dan perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan Indonesia.
[1] Harian Suara Islam, Jakarta tanggal 22 September 1965- Agus Salim Sitompul, Drs, Sejarah Perjuangan HMI, pt Bia Ilmu, Surabaya, 1967, hal 61.
[2] Chatibul Umam, Drs, Sewindu PMII, PC PMII Ciputat, 1967, hal 4
[3] Ibid, hal 5
[4] Laporan PP PMII dalam Kongres IV di Makasar tanggal 25-30 April 1970, hal 5.
[5] Ibid, hal 15.
[6] Ibid, hal 15.
[7] Ibid hal 16
[8] Ibid hal 16
[9] Perisma nomor 12 Desember 1970, dialog, GERAKAN Orang Muda: Gelombang yang tak kunjung mencapai pantai, hal 25 – 47.
[10] Surat PP PMII nomor 497/PP-IV/V-69 tertanggal Jakarta 31 Mei 1969, hal, Kongres Nasional Mahasiswa Indonesia.
[11] Ibid, hal 15
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?