B. Mahasiswa NU dalam IPNU / IPPNU
Upaya untuk mendirikan satu organisasi yang menghimpun para mahasiswa Nahdatul Ulama sebenarnya sudah lama ada, hal ini terbukti dengan adanya kegiatan sekelompok mahasiswa NU yang berdomisili di Jakarta untuk mendirikan IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdatul Ulama) yakni pada bulan Desember 1955, untuk lebih jelasnya kita kutipkan tulisan A. Chalim : “Hasrat untuk mahasiswa Islam yang berhaluan Ahlusunha wal jamaah untuk mendirikan organisasi tersendiri sebenarnya sudah lama ada, dan karena Partai Nahdatul Ulama adalah merupakan refleksi dari Islam Ahlusunha Wal Jamaah organisasi itu (IMANU, Pen) diorientasikan kepadanya (Partai NU, Pen), cita pembentukan organisasi itu pada bulan Desember 1955 di Jakarta dengan nama IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdatul Ulama).
Namun, kehadirannya oleh PP. IPNU belum bisa diterima. Karena selain kelahiran IPNU itu sendiri masih baru yaitu pada tanggal 24 Februari 1954, pada waktu diadakan konferensi Besar Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama se Indonesia di Semarang, yang juga banyak diantara pengurus IPNU itu sendiri kebetulan sebagian besar mahasiswa sehingga apabila IMANU didirikan dikhawatirkan justru akan lenyapnya IPNU. Dari adanya keberatan para aktifis IPNU itu maka boleh dikatakan bahwasanya kehadiran IMANU itu menemui jalan buntu atau lebih tepat dikatakan mati sebelum dibesarkan. Tetapi usaha usaha untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu tetap terus berlanjut bahkan dapat pula dicatatkan disini satu usaha untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu pernah pula mencapai keberhasilan walaupun sifat organisasi itu hanya bersifat local saja.
Keberhasilan para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi tersendiri itu dira….. oleh para mahasiswa NU yang berdomisili di kota Bengawan Surakarta, Jawa tengah. Sekelompok mahasiswa NU yang dimotori oleh sahabat H. Mustahal Ahmad (waktu itu beliau mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Cokroaminoto Surakarta). Sahabat H. Mustahal Ahmad berhasil mendirikan keluarga mahasiswa Nahdatul Ulama (Surakarta) juga pada tahun 1955, bahkan boleh dikatakan KMNU adalah satu-satunya organisasi mahasiswa NU yang dapat bertahan sampai dengan lahirnya PMII pada tahun 1960, kini sahabat H. Mustahal Ahmad duduk sebagai anggota DPRD tk I Propinsi Jawa Tengah dan telah mempunyai banyak putra putri yang juga cukup aktif menjadi anggota PMII cabang Surakarta. Kelahiran dan perkembangan KMNU ini walaupun tidak ada sangkut pautnya dengan PMII secara kronologis historis dengan kelahiran PMII tetapi perlu pula kami catatkan disini sebab nanti ketika PMII dibentuk di kota Surabaya salah satu bahkan dua diantara 13 sponsor pendiri PMII adalah berasal dari kota Surakarta.
Kembali usaha untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa NU yang bersifat nasional masih terus berlanjut, hal ini terbukti dari makin besarnya keinginan para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri, suara-suara itu didengungkan dalam Muktamar II IPNU pada tahun 1957 di kota Pekalongan hal ini seperti dituturkan oleh sahabat Wail Haris Sugianto (kini bapak Wail haris Sugianto, SH, pegawai Departemen Agama kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah) : “Tiga tahun setelah berdirinya IPNU yaitu dalam Muktamar II IPNU di kota Pekalongan yang diselenggarakan pada tanggal 1-5 Januari 1957 nampak lebih terang lagi mahasiswa-mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU makin besar jumlahnya. Dimana dalam muktamar tersebut sudah ada keinginan untuk membentuk satu wadah tersendiri dikalangan mahasiswa mahasiswa Nahdatul Ulama.
Namun usaha yang membaja tersebut gagal, disebabkan bahwa pimpinan pusat IPNU menganggap belum waktunya dan juga adanya pandangan bahwa mahasiswa mahasiswa NU hendaknya berjuang dan memegang pimpinan dalam HMI. Lebih jauh dapat kita analisa disini, ternyata keinginan para pemimpin IPNU agar para mahasiswa NU merebut tampuk pimpinan dalam tubuh HMI nampaknya menemui kegagalan, terbukti dari sekian banyak tokoh mahasiswa NU hanya sahabat Mahbub Junaidi yang sempat duduk dalam kepengurusan PB. HMI, itupun hanya duduk sebagai pembantu umum PB. HMI dalam periode kepengurusan tahun 1957 – 1960. Melihat kenyataan tersebut maka menggebu-gebulah usaha untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU yang mandiri, tetapi masih juga belum menemui keberhasilannya seperti apa yang dituturkan sahabat Wail Haris Sugianto lebih lanjut.
Namun demikian keinginan dari pada mahasiswa NU masih tetap membaja, semangat untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa yang betul betul berdiri syah dibawah panji-panji partai Nahdatul Ulama tetap ada. Hal tersebut dapat kita lihat dari adanya keinginan mahasiswa-mahasiswa kita (maksudnya mahasiswa NU, Pen) di Jakarta umpamanya mereka telah mendirikan IMANU, kemudian di Bandung misalnya ada usaha-usaha serupa dengan nama PMNU (Persatuan Mahasiswa NU) dan masih banyak lagi kota kota dimana ada perguruan tingginya yang mempunyai keinginan serupa. Tetapi dalam hal ini pimpinan IPNU tetap membendung usaha-usaha tersebut, dengan satu catatan pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan akan usaha-usahanya untuk mengadakan penyelidikan :
1. Berapa besar potensi mahasiswa Nahdatul Ulama?
2. Sampai berapa jauh kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai organisasi mahasiswa?
Dengan adanya janji dari pucuk pimpinan IPNU itu maka berbagai upaya untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa yang reperesentatif dan mandiri terus diupayakan, bagai orang yang sedang berjalan menuju tempat yang dicita-citakan, tak kenal lelah dan tak takut resiko maka setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya dalam muktamar ke III IPNU di kota Cirebon titik-titik kemajuan untuk mendirikan wadah yang mandiri bagai para mahasiswa NU telah nampak, hal ini seperti apa yang ditulis oleh sahabat Wail Haris Sugiyanto, SH :
“Kemudian didalam Muktamar III IPNU di Cirebon yang diselenggarakan pada tanggal 27-31 Desember 1958, Muktamar berpendapat bahwa sudah waktunya untuk menentukan status dari para mahasiswa kita. Akhirnya dalam Muktamar tersebut diputuskan adanya Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dipimpin oleh rekan Ismail Makky (sekarang Bapak Drs. H. Ismail Makky, dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Namun pada kenyataanya usaha tersebut diatas tidaklah banyak berarti bagi kemajuan para mahasiswa NU sendiri hal tersebut dikarenakan beberapa sebab yakni :
1. Kondisi obyektif menyatakan bahwasanya keinginan para pelajar sangat berbeda dengan keinginan dan perilaku para mahasiswa.
2. Dan ternyata gerak dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali terbukti untuk duduk menjadi anggota PPMI (Persatuan Perhimpunan mahasiswa Indonesia, satu konfederasi organisasi mahasiswa extra Universitas), tidaklah mungkin bisa, sebab PPMI adalah gabungan ormas-ormas mahasiswa. Apalagi dalam MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia, satu federasi dari para Dewan / Senat Mahasiswa, juga tidaklah mungkin).
Menyadari akan keterbatasan itu dan berkat dorongan-dorongan dari pelbagai pihak serta dengan mengambil beberapa per imbangan diantaranya :
1. Didirikannya Perguruan Tinggi NU dipelbagai tempat seperti PTINU di Surakarta (sekarang bernama Universitas Nahdatul Ulama), Fakultas Ekonomi dan Tata Niaga dan Fakultas Hukum dan Tata Praja di Bandung (sekarang menjadi Universitas Islam Nusantara, Bandung, Pen) dan Akademi Ilmu Pendidikan dan Agama Islam di Malang (sekarang bernama Universitas Islam Malang, Pen) dan yang berarti makin dibutuhkannya saluran bidang bergerak bagi mahasiswa mahasiswa kita.
2. Adanya dorongan dari pucuk pimpinan lembaga Pendidikan Maarif NU sendiri agar lebih mengkonkritkan bentuk organisasi mahasiswa kita.
3. Adanya dorongan-dorongan dari perorangan para mahasiswa kita yang kuliah di PTINU untuk mengkonkritkan wadah dari para mahasiswa NU.
4. Adanya kenyataan praktis maupun psikologis yang berbeda disegi system belajar dari kalangan pelajar dan mahasiswa, dan akhirnya berkesimpulan
5. Dirasakan sudah waktunya untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa Nahdatul Ulama.
Dan akhirnya upaya-upaya untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu mencapai titik terang setelah secara panjang lebar sahabat Ismail Makky dan sahabat Muhamad Hartono, BA (kini bapak H. Muhamad hartono, BA adalah wakil pemimpin usaha Harian Umum Pelita, Jakarta) berbicara didepan konferensi Besar I IPNU di Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 14-17 Maret 1960 dan akhirnya atas dasar uraian-uraian dan perbagai argumentasi tentang pentingnya dibentuk satu wadah organisasi mahasiswa NU yang lepas baik secara organisatoris maupun adminstratif.
Maka diputuskanlah bahwa setelah konferensi besar IPNU ini maka akan di adakan musyawarah mahasiswa NU dengan limit waktu satu bulan setelah konbes IPNU tersebut, direncanakan musyawarah pembentukan organisasi mahasiswa NU itu akan dilaksanakan di kota Surabaya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?