Sejarah PMII Solo (8)

Diposting oleh admin on Rabu, 31 Maret 2010

4. Untuk lebih mendaya gunakan semangat juang dan peningkatan kualitas anggota maka pada tanggal 15-27 April 1965 di Mega Mendung Bogor diselenggrakan Training Course II PMII. Training Course PMII ini dapatlah dinyatakan merupakan latihan Kader Nasional yang lebih baik penyelenggaraan maupun kualitas pesertanya dari TC PMII pertama di Ponorogo. Hal ini barang kali dimungkinkan karena terseleksinya jumlah peserta (peserta hanya 95 orang yang mewakili 31 cabang) untuk kualitas peserta terbukti juga meningkat boleh dikatakan hampir separoh peserta berasal dari perguruan tinggi umum yang terkemuka. Kelak dikemudian hari ternyata alumni dari TC ke II ini mampu menempatkan dirinya sebagai tokoh masyarakat yang sangat diandalkan diantaranya mereka itu adalah :

a. M. Hatta Mustapa (SH) alumni fakultas hokum UI, M. Hatta Mustapa karirnya di PMII dimulai dari ketua komisariat fak hukum UI kemudian duduk sebagai sekretaris umum PMII DKI Jaya yang akhirnya termanfaatkan sebagai sekretaris Jendral DPP KNPI periode pertama kemudian ketua umum DPP AMPI periode pertama dan kini ketua Departemen Pengabdian Masyarakat DPP Golongan Karya dan masih aktif sebagai anggota DPR RI.

b. AS. Syaeful Mujab (Bsc) alumni Sarjana Muda Fakultas Ekonomi UGM ini pertama kali karirnya dalam PMII dibangun dengan menjabat sebagai ketua umum pengurus cabang Jogjakarta periode pertama. Kini beliau menjabat sebagai ketua Tanfidiyah wilayah NU Jogjakarta dan dalam Mu’tamar ke XXVII yang lalu beliau diangkat sebagai wakil ke II Tanfidiyah. H. Syaeful Mujab juga dikenal sebagai pengusaha, sebagai anggota MPR RI yang mewakili praksi utusan daerah (Jogjakarta). 

c. M. Kamaludin Lubis (SH) alumni fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara Medan dalam karir PMII nya pernah menjabat sebagai ketua umum Korcab PMII Sumatra utara. Sekarang beliau dikenal dengan sebutan tokoh LBH Medan.

d. Hasan Hariri (SH) beliau alumni Fakultas Hukum UNCOK Surakarta dulu pernah menjadi pengurus pengurus cabang PMII Solo dan kini bapak Hasan Hariri menjabat kepala bagian HUMAS KODYA Surakarta.

e. M. Majidi Syah (BA) alumni sarjana muda IKIP Bandung ini pernah menjadi sekretaris umum PB. PMII periode 1970-1973. kini beliau tinggal di Jakarta dan duduk sebagai anggota MPR RI.

f. Umi Hasanah (Dra) alumni fakultas Psikologi UGM dulu aktifis PMII Jogjakarta, pernah menjadi anggota DPRGR 1968-1971. Kini ibu Dra Umi Hasanah aktif sebagai ketua umum fatayat NU wilayah Jawa Tengah.

g. Joko Purwono (SH) ek ketua lembaga Pendidikan Kader PP PMII ini alumni fakultas Hukum UGM sekarang beliau tinggal di Solo dan menjadi Dosen UNS.

Itulah secuil dari sekian peserta TC PMII di Megamendung Bogor ini, kalau penulis hanya mencantumkan 7 orang dari 95 peserta tersebut bukan berarti mengkultusk individukan mereka, tetapi hanyalah sekedar pembeberan saja bahwasanya dari arena-arena pengkaderan PMII mampu melahirkan tokoh-tokoh masyarakat / kampus. Dan kalau hanya 7 orang hal ini dikarenakan keterbatasan dari data-data yang ada pada penulis, insya Allah lain kali akan ada pembeberan lebih jauh.

 Hasil dari TC II PMII ini tentu saja bukan hanya itu, tetapi masih ada hasil yang lebih baik yakni berupa konsep-konsep pemikiran yang strategis sekali maknanya, kalau hendak diukur dari strategi perjuangan umat secara keseruhan. Konsep pemikiran ini kemudian dikenal dengan nama GELORA MEGAMENDUNG. Pokok-pokok pikiran dalam Gelora Megamendung ini mencakup lima hal :
1. Tentang uhuwah Islamiyah
2. Tentang watak umum organisasi
3. Tentang pengetahuan dan kesadaran politik
4. Tentang partisipasi organisasi dalam tahap-tahap repulusi
5. Tentang pesantren

 Dapatlah disini kiranya penulis sedikit membeberkan isi dari pada Gelora Megamendung tersebut secara sepintas kilas atau hanya dalam garis-garis besarnya saja (pembaca dapat menyimaknya secara utuh dan lengkap pada halaman lain)
1.1. Tentang Uhuwah Islamiyah, PMII berpendapat Uhuwah Islamiyah adalah merupakan ajaran dan cita-cita luhur yang diperintahkan oleh agama islam dan harus terus menerus menjadi sinar dalam perjuangan serta merupakan alat untuk mempersatukan umat.
1.2. Perjuangan untuk mewujudkan uhuwah islamiyah harus berlandaskan pada ukuran praktis kondisi sekarang (zaman revolusi, pen) dan umat islam harus tampil dalam pimpinan umat ataupun revolusi.
1.3. Uhuwah Islamiyah yang kita kehendaki adalah uhuwah islamiyah yang sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan menurut ukuran-ukuran revolusioner (ingat waktu itu PMII sebagai alat NU betul-betul terlibat dalam kegiatan politik praktis, pen).
1.4. Didalam uhuwah islamiyah itu, kita tidak boleh lebur didalamnya, tetapi kita harus memegang posisi kepemimpinan yang sebenarnya.

Kalau kita analisa yang lebih lanjut dari isi pokok-ppokok pikiran diatas (tentang uhuwah islamiyah) dapatlah disorot beberapa hal. Dalam alenia pertama isi pernyataan ini masih bersifat universal karena itu tidak bersifat kontektual tetapi dalam pernyataan pada nomor 2, 3, dan 4 nampak sekali tergambar PMII “terlibat dalam arus politik praktis yang waktu itu dijadikan polese pertama pemerintah”. Hal ini nampak seperti digambarkan (aitem 14) PMII beberapa ambisi benar untuk melibatkan diri dalam kancah iklim revolusi yang sedang dikembangkan oleh pemerintah, sahabat H. Mahbub Junaidi sempat memberikan argumentasi : “Memang PMII waktu itu sebagai konsekuensi alat partai harus secara tegas menyatakan sikap dan perannya dalam kegiatan politik praktis. Oleh karena itu wujud peran serta dan target yang PMII raih telah dirumuskan dengan gamblang dan akhirnya terbukti cukup berhasil. Kini dalam posisi kepemimpinan partai (maksudnya partai NU atau PPP sekarang, pen) alumni-alumni PMII banyak mengambil peran”.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?