Sejarah PMII Solo (7)

Diposting oleh admin on Rabu, 31 Maret 2010

BAB II
MASA KEBANGKITAN PERTAMA
1964 – 1968

A. PMII DAN KELAHIRAN ORDE BARU
Berbekal dengan modal pengurus pusat PMII yang baru hasil konggres ke II di Yogyakarta (di hadiri 35 cabang), PMII melangkah dengan cukup tegak pada pertengahan decade 1960-an. Beberapa kegiatan yang dapat dicatat dalam tahun itu sebagai berikut :
 
1. Dari gerakan pemuda Ansor timbul satu gagasan tentang perlunya diciptakan satu kerukunan interen umat Islam, yang pada waktu sedang mengalami cobaan-cobaan berat akibat fitnah yang dilancarkan oleh PKI. Maka untuk menaggulangi percobaan-percobaan ini pada tanggal 19 – 26 Desember 1964 di Jakarta diadakan musyawarah nasional generasi muda islam atau kemudian lebih dikenal dengan nama MUSYAWARAH GEMUIS. Akhir dari pada musyawarah itu berhasil membentuk satu organisasi yang bersifat konfederatif, organisasi ini dikenal dengan nama GEMUIS (Generasi Muda Islam). Dalam organisasi konfederatif, gemuis ini PMII diwakili oleh sahabat HM. Said Budairy yang menjabat sekretaris Jendral presidium pusat GEMUIS.
 
Manfaat dari adanya GEMUIS ini (yang juga akhirnya membuka cabang-cabang di seluruh Indonesia), amat besar sekali terutama bagi organisasi HMI. Seperti kita ketahui seputar tahun-tahun itu HMI sedang mengalami ujian yang cukup berat akibat rongrongan CGMNI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia). Organisasi mantel PKI ini bertekad mati-matian menuntut supaya HMI dibubarkan dengan alasan HMI terlibat dalam kasus-kasus yang dilakukan oleh masumi serta dituduh kontra revolusioner. Dalam saat yang genting itulah GEMUIS yang menghimpun berbagai macam organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa islam tampil kedepan membela HMI dari gusuran CGMI. Dalam usaha penyelamatan ini pula, peranan PMII dan pemuda Ansor cukup besar. Salah satu bukti adalah (dalam salah satu arsip PMII Yogyakarta) ditemukan satu instruksi agar membuat spanduk penerimaan anggota baru yang didalamnya tergambar atau terpampang lambang PMII dan HMI. Lebih jelasnya pembaca akan melihat “peranan” PMII dalam “penyelamatan” HMI dari gusuran CGMI ini pada bagian “PMII dan HMI pada zaman peralihan ORLA ke ORBA”.  
2. Masih dalam kaitan dalam pengembangan dan peningkatan study anggota, pada tahun 1964 PMII telah dapat jatah bea siswa dari pemerintah Mesir. Tawaran yang sangat baik ini tentu saja disambut dengan suka cita, maka pada akhir Desember 1964 berangkatlah sahabat Anshori An (jakarta) dan sahabat Masidah Lubis (Padang) untuk melanjutkan study pada Universitas Cairo. Kemudian juga bekas ketua PMII cabang Ciputat sahabat Chozin pada tanggal 3 Desember 1965 atas nama IAIN Ciputat telah mendapat bea siswa belajar di Universitas Cairo. Sayang pemberitahuan jatah bea siswa dari pemerintah ini mulai tahun 1965 berubah akibat dari pada kebijaksanaan Menteri Agama RI Prof. KH syaefuddin Zuhri yang tidak menyerahkan jatah bea siswa kepada organisasi mahasiswa tetapi menyerahkan pada IAIN dengan alasan IAIN sendiri sangat membutuhkan tenaga profesional.
Kalau kita amati dari kebijaksanaan ini sebenarnya secara langsung cukup merugikan organisasi mahasiswa (Inklusif PMII) padahal beliau (BP KH. Syaefuddin Zuhri) adalah tokoh NU yang sekaligus pada waktu itu berarti juga “Bapaknya PMII”. Tetapi kita sekarang tahu betapa sebenarnya kita warga pergerakan menerima satu keputusan yang lebih mementingkan kepentingan umat dari pada mementingkan golongan apalagi kepentingan individu. Sebenarnya sebagian besar dari alumni PMII yang telah mendapat “kesempatan” untuk belajar di luar negeri itu setelah lulus mereka banyak mengabdikan ilmunya di IAIN.  
 
3. Jumlah cabang-cabang PMII pada seputar tahun 1964-1968 yang begitu banyak ini, rupanya diperhitungkan juga oleh organisasi lain, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tawaran dari presidium pusat PMII untuk memangku jabatan Sekjen organisasi mahasiswa itu. Tetapi PMII menolak tawaran ini dikarenakan PMII menghendaki adanya perombakan-perombakan dalam komposisi maupun struktur organisasi tersebut. PMII merasa yakin organisasi ini terlalu didominir oleh unsur-unsur organisasi mahasiswa, yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan masa ditingkat bawah. Pertimbangan lain dari penolakan duduknya PMII dalam PMII adalah organisasi ini telah bersalah mengeluarkan HMI dari keanggotaan organisasi tersebut, sehingga PMII tidak terlalu mementingkan “kursi jabatan” dari pada kursi yang telah dipangku nantinya akan mengganggu strategi perjuangan yang meyeluruh dari umat islam.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?