Sejarah PMII Solo (4)

Diposting oleh admin on Selasa, 30 Maret 2010

Pada bulan Mei 1960 tersusunlah kepengurusan pusuk pimpinan PMII seperti yang telah kami tuliskan diatas itu, untuk selanjutnya seperti kita ketahui karena PMII pada mulanya merupakan organisasi mahasiswa anak Nahdatul Ulama maka PP. PMII dengan suratnya tertanggal 8 Juni 1960 yang ditujukan kepada PB. NU agar supaya mengesahkan kepengurusan PP. PMII tersebut. 

Selang beberapa hari kemudian atau tepatnya pada tanggal 14 juni 1960 PB. NU dengan menyatakan bahwasanya organisasi PMII dapat diterima dengan syah merupakan keluarga besar partai Nahdatul Ulama dan diberi mandat untuk membentuk cabang-cabangnya diseluruh Indonesia, Surat Keputusan itu di tandatangani oleh Bapak KH. Dr. Idcham Chalid selaku Ketua Umum PB. NU dan Bapak H. Aminudin Aziz selaku wk. Sekjen PB. NU. seperti dinyatakan dimuka bahwasanya musyawarah mahasiswa NU di Surabaya itu hanya mampu menghasilkan Peraturan Dasar Organisasi (sekarang istilahnya Anggaran Dasar, pen) maka untuk kelengkapan organisasi dibentuklah satu panitia kecil yang diketuai oleh Shb. M. Said Budairy dengan anggota Shb. A Chalid Mawardi dan Shb. Fahrurozy AH (sekarang bapak Drs. H. Fahrurozy AH duduk menjadi anggota DPR. RI) untuk membuat peraturan Rumah Tangga, dan dalam sidang pleno II PP. PMII yang diselenggarakan dari tanggal 8 sampai 9 September 1960 disahkan peraturan Rumah tangga PMII tersebut melengkapi peraturan Dasar PMII yang sudah lama ada. 

Disamping itu juga sidang pleno telah mengesahkan bentuk Mutz (topi) PMII berupa baret yang mempunyai warna biru muda, dibagian atas biru tua dibagian samping kanan dan kiri serta bersetrip warna kuning. Demikian juga mengenai senat ban (selempang, pen) PMII yang juga mempunyai tiga warna seperti mutznya; biru tua, biru muda dan kuning. 

Adapun mengenai lambang diserahkan kepada pengurus harian yang akhirnya oleh PP. PMII ditetapkan bahwasanya lambang PMII berbentuk perisai dengan lambang bintang sembilan; lima bintang dengan susunan memanjang dari kanan ke kiri terletak diatas dengan ditengahnya bintang yang besar, empat buah bintang lainnya memanjang juga dari kanan ke kiri terletak di bawah, semua bintang itu berwarna putih, tulisan PMII terletak ditengah dengan warna tulisan hitam digaris pinggirnya serta warna biru tua digaris tengahnya, dasar warna perisai sebelah bawah berwarna biru tua sedang sebelah atas berwarna kuning, berbentuk perisai bersudut lima (secara lengkap bentuk lambang, mutz, bendera, stempel dan bentuk atribut lainnya akan kami terangkan dalam lampiran buku ini, pen), dalam sidang pleno tersebut telah pula dikeluarkan pokok-pokok aturan mengenai penerimaan anggota baru. 

Dalam usaha memperluas daerah organisasi tidak kecil bantuan organisasi warga Nahdatul Ulama terutama dari pucuk pimpinan Lembaga Pendidikan Maarif Nahdatul Ulama (PP.LP.Maarif NU) yang telah memberikan bantuan sepenuhnya baik moril maupun materil, sejak dari musyawarah mahasiswa NU di Surabaya sampai dengan memberikan pengertian kepada pesantren-pesantren (perlu diketahui pada waktu itu di dalam pondok pesantren juga dapat dibentuk kepengurusan PMII dengan anggota para santri yang telah lulus madrasah aliyah dan sedang / telah mengkaji kitab yang tingkatan kitabnya sesuai dengan pelajaran yang diberikan di perguruan tinggi agama, pen) adanya peraturan ini maka akan mempercepat proses pengembangan wilayah PMII, juga untuk mempererat hubungan PMII dengan LP Maarif NU sebagai badan induknya saat itu, telah ditunjuk sekretariat Umum PP.PMII Shb. M. Said Budairy untuk bertindak mewakili PMII dalam pusuk pimpinan LP. Maarif NU. 

Berhubung dengan adanya semacam ketegangan dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dibeberapa cabang pada saat PMII berdiri (untuk lebih mengetahui dengan luas tentang hubungan PMII dengan HMI maka akan kami terangkan secara terpisah pada bagian lain buku ini, pen) akibat kekurangan pengertian, maka didorong oleh itikad baik PMII berusaha menyelesaikan dengan cara baik dalam bentuk mengadakan pendekatan dengan sementara pribadi anggota-anggota besarnya (maksudnya pengurus Besar, pen) kemudian diikuti dengan kerja sama kedua organisasi. Sebuah delegasi PMII yang diketahui ketua umum sendiri pernah datang ke kantor B. HMI pada tanggal 4 Juli 1961, sehari sebelum dimulainya konggres PMII ke V di Jakarta. 

Kaitannya dalam masalah hubungan antara PMII dengan HMI ini memang sangat penting untuk kita simak, sebab sampai detik ini dampak dari adanya kekurang pengertian dari kaum sana itu menimbulkan buntut yang berkepanjangan bahkan sampai menular pada para alumni kedua organisasi ini oleh karena itu dalam buku ini, hubungan antara PMI dengan HMI akan kami kupas secara khusus dalam bab lain.

Usaha-usaha untuk memperluas daerah organisasi terus digalakkan sehingga sampai dengan terselenggarakannya konggres I PMII di Tawangmangu Surakarta telah terbentuk 13 buah cabang PMII yakni; Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, Ciputat,Malang, Makasar (sekarang Ujung Pandang, pen), Surabaya, Banjarmasin, Padang, Banda Aceh dan Cirebon.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?