Kita tentu juga ikut prihatin kenapa hal itu terjadi, apakah tidak diprediksikan sebelumnya. Apa protes masyarakat hanya akan dijawab dengan ucapan “maaf seribu kali maaf ini hanyalah kendala teknis!” itu sudah cukup! Pemerintah yang sudah berani mengambil kebijakan tentang PSB on line tentu seharusnya juga sudah siap dengan berbagai persoalan yang sangat pokok dalam urusan yang berkaitan dengan PSB on line. Misalnya saja bagaimana website yang dibuat itu harus diberi ruang traffic/bandwidth(kapasitas untuk berlalu lintas) dalam porsi yang sangat besar disesuaikan dengan perkiraan dengan jumlah berapa orang yang akan mengakses web tersebut.
Jadi yang perlu diperbesar itu adalah ruang traffiknya bukan ruang teks/webspace (ruang untuk memuat tulisan). Untuk ruang teks dalam kegiatan PSB on line ini hanya membutuhkan kapasistas dalam jumlah yang sedikit. Maka sekali lagi ruang traffic itu harusnya diberi porsi yang besar. Toh penggunaan web ini tidak selalu digunakan oleh masyarakat dalam jumlah yang sama dalam setiap waktunya. Jika para siswa sudah masuk sekolah maka masyarakat akan berkurang yang memanfaatkan media ini. Artinya traffic yang digunakanpun tidak membutuhkan ruang yang besar.
Beda dengan musim dimana masyarakat sedang berburu untuk mencarikan sekolah anak-anaknya. Maka ruang traffic itu seharusnya juga diberi kapasitas yang lebih dari waktu biasanya. Coba hitung saja berapa jumlah orang yang mau masuk sekolah ke jenjang berikutnya. Berapa jumlah anak SD yang masuk ke SMP, berapa siswa SMP yang masuk ke SMA. Tentunya tidak sedikit orang yang membuka web ini. Maka sekali lagi kita harus ingat bahwa system rayon yang dipakai sebelumnya sudah digantikan dengan system PSB on line membuat masyarakat harus aktif mengetahui informasi berapa jumlah nilai dan orang yang sudah mendaftar dalam suatu sekolah. Dengan demikian ia bisa memprediksikan dengan nilai sekian ia bisa masuk dimana. Tapi apa dikata jika mereka tidak bisa mengakses web yang menyediakan informasi itu ketika mereka membutuhkan?
Jika alasannya dikarenakan dengan masalah anggaran, sebenarnya anggaran untuk PSB on line di Solo itu sudah besar yaitu Rp 119.745.419,00. Lalu yang perlu dipertanyakan apakah ada penyalahgunaan anggaran (korupsi) dalam kegiatan ini. Sehingga menyebabkan Dinas terkait tidak mampu membayar pengeluaran untuk internet. Atau disebabkan karena belum ahlinya panitia dalam mengolah data via internet. Atau malah kedua-duanya. Jika memang belum cukup keahlian panitia dalam soal internet dengan dana segitu seharusnya juga sudah bisa mendatangkan para ahli yang paham dengan dunia internet untuk diperbantukan disana. Kita hanya berharap semoga ada ketransparansian penggunaan anggaran dalam kegiatan ini dan bisa menyiapkan PSB on line berikutnya dengan lebih baik.
* Latri merupakan pegiat Pattiro Surakarta
{ 1 komentar... read them below or add one }
wis kacau tambah balau meneh....
jan RWT alias ruwet
tapi keberaddaan IfK alias internet for kids (GRATISSS) di pattiro surakarta sangat membantu bagi yang akan mengakses pengumuman tak perlu ke warnet.
salut buat pattiro surakarta
Posting Komentar
Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?