PMII DAN TANTANGAN GLOBAL

Diposting oleh admin on Jumat, 18 Juli 2008

Oleh: Nur Rokhim

Kader PMII SOLO

Mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan penimba ilmu pengetahuan (pelajar, student), dengan berbagai bekal pengalaman empiris dan kemampuannya mendayagunakan kognitifme berpikir-baca rasionalitas- maka mahasiswa dipandang mempunyai kelebihan dan kedewasaan dalam bersikap maupun bertindak disetiap persoalan. Hal inilah yang menurut penulis sebagai modal mahasiswa menunjukkan identitas dan eksistensinya dengan berbagai model gerak dan kiprah dimasyarakat maupun bangsa dan Negara. Padahal tidak ada aturan yang yang membedakan antara mahasiswa dan pelajar dalam gerak maupun kiprahnya dalam masyarakat secara aktif semisal advokasi, demo dan sebagainya.

Perwujudan eksistensi inilah yang menimbulkan berbagai macam bentuk peran yang dilakukan oleh mahasiswa yang tentu saja peran itu sesuai dengan kapasitas pikiran mereka. Tak dapat kita pungkiri berbagai macam organisasi yang ada ditingkat mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus merupakan salah satu dampak dari polarisasi pikiran mereka. Almarhum Bapak Mohammad Natsir (mantan Perdana Menteri Indonesia) pernah mengatakan,” Tidak ada percetakan yang bisa mencetak pemimpin”. Menurut Natsir lagi, pemimpin tidak lahir di bilik kuliah tetapi tumbuh sendiri dalam hempas pulas di kancah gelandangan ummah, muncul di tengah-tengah pergumulan masalah, menonjol dari kalangan rekan-rekan seangkatannya, lalu diterima dan didukung oleh umat. Justeru itu,kertas kerja ini akan memperlihatkan bagaimana kepimpinan mahasiswa di kampus harus diperkasakan dalam melahirkan golongan intelektual yang akan menjadi harapan ummah pada masa akan datang. Tambahan pula, kebanyakan mahasiswa tidak mampu mendepani ledakan arus globalisasi yang kian menghimpit struktur masyarakat kini. Harus diingat, gerakan mahasiswa merupakan suatu kuasa yang harus diambil perhatian kerana ia mempunyai sejarah yang tersendiri. Maka tidak hairanlah pemimpin dari peringkat Negara sehinggalah di peringkat masyarakat lahir daripada mantan pimpinan kampus di era 70an dulu.

Sejarah banyak mencatat tokoh-tokoh besar lahir dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pergulatan politik yang ada. Pergerakan Mahasisawa Islam Indonesia lahir pada tanggal 17 april 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia pada waktu itu.

Keberadaan PMII dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan PMII menjadi salah satu kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Pada sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa mengalami polarisasi dalam entitas dan kelompok-kelompok tertentu yang berbeda, bahkan acapkali bertentangan satu sama lain. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang melingkupinya, seperti perbedaan ideologi, strategi dan lainnya.

PMII sebagai salah satu orgainisasi mahasiswa yang masih eksis dalam kancah pergerakan mahasiswa di Indonesia diharapkan mampu untuk membawa perubahan-peruabahan bagi kamajuan Indonesia akan tetapi banyak hal-hal kedepan yang menjadi tantangan PMII untuk memujudkan cita-citanya membawa Indonesia kearah lebih baik.

Globalisasi :

Eksistensi dan posisi gerakan mahasiswa dihadapkan pada sebuah realitas dunia global yang tidak bisa dihindarkan. Arus globalisasi telah menyentuh berbagai sendi kehidupan manusia di dunia. Cepatnya arus globalisasi menurut William K.Tabb (2003) mampu membentuk rezim perdagangan dan keuangan dunia serta mendefinisikan ulang kesadaran pada tingkat yang paling dekat dan lokal, mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, ruang gerak anak-anak mereka dan entitas mereka sehingga mengalami perubahan akibat kekuatan globalisasi ini. Persoalannya adalah bagaimana sikap kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terhadap realitas global ini. Apakah gerakan mahasiswa menolaknya secara radikal atau hanya cukup memahaminya atau mempersiapkan diri untuk ikut berkompetisi dan memposisikan diri sejajar dengan mereka secara wajar ?.

Gesekan dunia global menjadi tren dalam kondisi saat ini, karenanya seluruh kader PMII perlu memahami secara benar tentang realitas-realitas dunia yang sedang mengalami pergolakan dalam berbagai unsur kehidupan. Melihat trend (Trend Watching) yang terjadi dalam pergeseran dunia global adalah kerangka dalam memahami apa yang sedang terjadi hari ini, dan apa yang akan kita lakukan di masa-masa yang akan datang. Tren yang terjadi hari ini adalah dominasi kekuatan global yang tidak bisa dihindarkan dalam ranah kesadaran ummat manusia. Dalam kondisi seperti ini, langkah yang harus dilakukan adalah pembangunan kemampuan dan kapabilitas (kompetensi) personal maupun kolektif.

Globalisasi memang tidak bisa dipungkiri lagi dan ditahan perkembangannya namun sebagai sebuah etkana mahasiswa pmii harus bisa untuk mengcounter agar tidak terbawa arus atau kita akan ditinggalkan olah jaman, untuk itu ada beberapa langkah agar kita sebagai sebuah pergerakan tidak mati

Dari Membaca ke analisis :

Seperti tersebut diatas bahwa mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan ilmu pengetahuan maka PMII sebagai salah satu gerakan yang unsurnya tidak lepas dari dunia kemahasiswaan yang setiap hari berkutat dengan keilmuan, ironis jika gerakan mahasiswa terjadi banyak kejumudan. Karenanya tradisi-tradisi yang ada diantaranya tradisi membaca harus di imbangi dengan tradisi menganalisa berbagai aspek persoalan dengan berpikir logis dan mendalam. Tipe masyarakat inilah yang menjadi miniatur lahirnya peradaban manusia maju dan menyejarah. Maju karena masyarakat ini menempatkan ilmu sebagai sinar dalam kehidupan. Menyejarah, karena mereka membuat sebuah kejutan bagi lahirnya paradigma baru bagi terciptanya masyarakat yang ilmiah (knowledge society).

Realitas ini sesuai dengan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad saw, yaitu konsep membaca (iqra). Dengan turunnya wahyu yang pertama ini, maka ada sebuah perubahan berdimensi wahyu yang mampu memberikan jawaban atas kondisi kemanusiaan. Konsep pembacaan atas realitas baik yang bersangkutan dengan teologi, etika, visi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan berawal dari proses pemahaman yang radikal akan hakikat dan subtansi nilai yang terkandung dalam surat tersebut.

Dimensi pembangunan gerakan mahasiswa agar ilmiah di awali dengan konsep membaca (iqra), sesuatu yang berhubungan bukan hanya dengan membaca teks dan naskah tetapi lebih dari itu, makna iqra bisa berarti menelaah, meriset, merenungkan, bereksperimen, berkontemplasi. Objeknya bisa berupa kalam illahi maupun hadist rosullah dan hasil kaya manusia baik berupa handbook ilmu pengetahuan dan budaya maupun fenomene-fenomena sosial politik.

Pemahaman Kontekstual

Ilmu pengetahuan yang didapat dari dunia kampus merupakan pemahaman-pemahaman materi yang bersifat tekstual karena itu diperlukannya sebuah penelaahaan dan penyeimbangan terhadap pemahaman realitas sosial yang terjadi dimasyarakat. PMII seyogyanya tidak hanya berkubang dalam masalah pemahaman terhadap teks-teks saja akan tetapi harus jeli melihat perubahan dunia dari pemahaman teks –teks tersebut oleh karena itu pemahaman teks yang tersebar dalam berbagai literature harus bisa menjadi penyeimbang terhadap kondisi perubahan jaman. Disamping itu juga paradigm kader PMII harus bertumpu pada keseimbangan ideologis ilmu pengetahuan dengan ketajaman pisau analisis terhadap realitas persoalan-persoalan yang terjadi. PMII harus mampu membaca, mengkaji, dan berdiskusi secara logis, kritis, sistematis, dan komprehensif, serta mampu membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu dan madzhab yang bersifat konstruktif. Hal ini harus menjadi kultur yang melekat disetiap kader-kader PMII. Dalam konteks kekinian kader PMII harus bisa bergaul dalam dimensi yang lebih luas agar kedepan kader PMII bisa menjawab dan memberikan solusi terhadap persoalan yang ada jika itu tidak bisa maka tidak dipungkiri PMII akan ditinggalkan oleh jaman yang sedang berubah untuk itu setiap kader harus mempunyai kompetensi-kompetansi yaitu 1) kemampuan berbahasa asing (2) kemampuan berorganisasi dan manajemen yang canggih (3) kemampuan membangun jaringan (net work).

Langkah-langkah rasional selanjutnya dalam menghadapi tatanan dunia global bagi kader PMII dalam dunia kampus adalah membangun kesadaran bersamadengan meningkatkan kompetensi dan skil dalam memposisikan diri supaya sejajar dengan bangsa-bangsa Barat dalam bidang ilmu Pegetahuan. Karenanya budaya dan tradisi yang selama ini dilakukan di kampus untuk digeser kearah perubahan paradigma yang lebih rasional. Perubahan paradigma tersebut meliputi perubahan sikap dalam memahami budaya dan tradisi yang ada.

Tidaklah kaku jika mahasiswa membangun dialog peradaban (civilization) di kampus, minimal ada dua paradigma visi dialog pembangunan masyarakat berperadaban. Pertama, perubahan eksistensi dan identitas diri, yang mampu melahirkan paradigma kehidupan sosial baru dan merdeka, bebas dari penghambaan terhadap unsur-unsur materi, melahirkan kehidupan segar, integral dan profetik. Era kehidupan yang syarat dengan nilai kemanusiaan dan bervisi masa depan. Tonggak fundamental pertama ini merupakan visi kehidupan ummat manusia kearah pembebasan diri, dari kungkungan materi yang menjadi ideologinya.Visi kehidupan ini mengarahkan manusia pada ideologi yang sesungguhnya dan menjadi benteng kekuatan para pewaris peradaban. Ini merupakan asas fundamental bagi terwujudnya masyarakat berperadaban. Proses ideologisasi kedalam tubuh masyarakat secara radikal harus dilakukan. Proses ini perlahan tapi pasti, proses inilah yang disebut dengan fase penanaman akidah. Kedua, yaitu pola pembangunan struktur pengetahuan ummat manusia yang secara bersamaan dilakukan dalam kerangka membangun kesadaran untuk membaca atas realitas yang sedang terjadi

Semoga tantangan global dalam perubahan jaman tidak membuat nalar kritis kita sebagai organ pergerakan terkebiri dan terjebak dalam hal-hal yang membuat idelisme kita tergadaikan dalam tataran pragmatisme.

TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KEMUKA

{ 1 komentar... read them below or add one }

Anonim mengatakan...

FORUM KOMUNIKASI LINTAS CABANG PMII SE-JAWA TENGAH
(PMII Cab. Purwokerto, PMII Cab. Cilacap, PMII Cab. Kab. Tegal, PMII Cab. Tegal Kota, PMII Cab. Purbalingga, PMII Cab. kebumen, PMII Cab. Sukoharjo, PMII Cab. Blora dan PMII Cab. Kudus)

Reorganisasi atau konfrensi koordinator Cabang (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII Jawa Tengah yang ke XVII yang berlangsusng pada tanggal 25 Juli – 28 Juli di Pekalongan merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial dalam menciptakan regenerasi kepemimpinan di internal organisasi dan sebagai proses evaluasi yang melibatkan seluruh cabang PMII di Jawa tengah sebanyak 22 cabang.
Evaluasi kinerja organisasi bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap penataan kinerja organisasi selama 2 tahun masa kepengurusan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki kinerja organisasi ke depan. Didalam proses yang berlangsung selama 4 hari, berjalan tidak maksimal yang disebabkan kurang adanya keterbukaan dari peserta sidang dalam mengevaluasi terutama mengkritisi kinerja-kinerja kepengurusan yang secara hukum telah melakukan penyimpanagan terhadap konstitusi AD/ART PMII, dengan kata lain peserta telah dikondisikan. Selain adanya pembohongan publik yang merugikan segenap kader, alumni dan pihak luar. Sehingga ruang dinamika dalam membetuk iklim ilmiah tidak terjadi. Sebaliknya, yang terjadi adalah proses tarik ulur kepentingan untuk menghegemoni peserta konfrensi.. Perlu diketahui iklim ilmiah tidak tercipta karena di sebabkan oleh bentuk intervensi dari kelompok luar.
Proses yang seharusnya menekankan prinsip-prinsip demokrasi dan toleransi justru tercoreng oleh perilaku segelintir kelompok yang menginginkan PMII untuk terus berada dalam kontrol kepentingannya, dimana organisasi ini dijadikan alat untuk mewujudkan dan menjalankan tujuan kepentingan tersebut. Sehingga organisasi digunakan sebagai tameng untuk memepertahankan kekuasaan kelas tertentu.
Dalam ruang demokrasi dan toleransi yang semakin meluas di kehidupan masyarakat justru nilai-nilai fundamental tersebut tidak dapat dilaksankan yang disebabkan oleh perilku kelompok kepentingan yang dikomandani oleh aktor yang berinisial AR. Dalam melanggengkan pengaruhnya kelompok tersebut tidak segan-segan melakukannya dengan cara mengintimidasi peserta dan calon kandidat sebelum berangkat ke lokasi tujuan atau dilokasi dan melakukan money politik terhadap peserta. Jika dalam proses dinamika organisasi, ada kelompok dari luar organisasi untuk ikut campur atau melakukan intervensi terhadap kader yang sedang melakukan proses, maka akan berdampak pada tidak terwujudnya kemandirian kader terutama didalam mengambil sikap dan kebijakan. Kader merasa terkooptasi karena tidak ada pilihan lain untuk melakukannya.
Dampak dari proses yang tidak sehat tersebut adalah adanya walk out oleh sebagain peserta sidang. Logika hukum adalah sandaran yang harus ditegakan, jika tidak maka terdapat cacat secara hukum. Jika mengingat konstitusi persidangan bahwa sahnya persidangan harus diikuti minimal 2 /3 dari peserta sidang atau pemilih. Di Jawa Tengah terdapat 22 cabang penuh, yang diikuti tahap pemilihan sebanyak 22 cabang, tetapi pada tahap pengajuan calon peserta yangw walk out sebnayak 8 Cabang, jumlah bilangan 22 dari 2/3-nya adalah 15. Jika peserta sidang yang ikut sebanyak 14 peserta maka secara hukum dan konstitusi tidak sah. Berarti proses yang berlangsung dan produk-produk yang dihasilkan tidak sah dimata hukum. Untuk itu sebagai bentuk empati dan solidaritas dalam penegakan konstitusi persidangan maka kami yang tergabung dalam forum komunikasi lintas Cabang PMII Se-Jawa Tengah menuntut:

1. Menolak hasil persidangan dan produk-produk hukum yang dihasilkan karena tidak memenuhi sahnya persidangan atau pemilihan calon ketua.
2. Menolak adanya praktik money politik terhadap peserta sidang yang dapat memepengaruhi indepensinya pemilih dan integritas PMII Jawa Tengah.
3. Menyesalakan keterlibatan dari pihak luar PMII yang di komandani oleh inisial AR.
4. Tersumbatnya proses kaderisasi kepemimpinan PMII Jawa Tengah.
5. Tercorengya independensi PMII Jawa Tengah dari kelompok kepentingan.

Posting Komentar

Bagaimana merekrut dan mengembangkan organisasi ekternal kampus di masa kini?